♥●•٠·˙ Khayrunnisa' Ash-shalihah ˙·٠•●♥...

,,,^_^,,, Selamat menikmati ,,,^_^,,,

Rabu, 20 Desember 2017

Tentang jodoh

Waktu itu fulanah selesai wisuda gak lama langsung nadzhor dan nikah.

Sekarang fulanah juga gak lama wisuda uda dapat kabar bakal nikah awal tahun.

Fulanah-fulanah itu adalah akhowat-akhowat tangguh dalam menegakkan agama Alloh, gak pernah takut kalo haq ya haq.  Bahkan susah payah nakluki hati keluarga.

Lalu Alloh segera menolong mereka dengan dihadirkan laki-laki sebagai pelindung mereka kelak.

Kadang suka mikir bahwa aku ini kurang kuat dan kurang tangguh.  Masih suka leyeh-leyeh dan masih suka kebablasan.  Mungkin karena itu dia belom juga datang hiks

Sabtu, 08 Juli 2017

Jumat, 16 Juni 2017

HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN ZAKAT FITRAH

Dahulu orang orang membayar zakat fitrah mereka dengan bahan makan, di indonesia umumnya beras, namun sangat disayangkan makin kesini orang-orang membayar zakat fitrahnya dengan uang yang nilainya di cocokkan dengan harga beras.

Kalaulah Rasulullaah membolehkan hal ini, tentu akan kita temui penjelasan beliau 'alaihi sholatu wassalam dalam hadits-hadistnya, sebab di zaman beliau sudah ada mata uang.

Rasulullaah besabda:

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – زَكَاةَ الْفِطْر
ِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ ، وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى ، وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ، وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ“

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitri berupa satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menunaikan zakat ini sebelum orang-orang berangkat menunaikan shalat ‘ied.”

(HR. Bukhari 1503)

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata:

كُنَّا نُعْطِيهَا فِي زَمَن
ِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ ،أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ“

Dahulu di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kami menunaikan zakat fitri berupa 1 sho’ bahan makanan, 1 sho’ kurma, 1 sho’ gandum atau 1 sho’ kismis.”

(HR. Bukhari 1437 dan Muslim 985)ٍ

“Atau 1 sho’ keju.” (Dlm riwayat lain dari Bukhari dan Muslim 985)

Jadi zakat fitrah tidak dapat diuangkan menurut dalil dalil yang ada. Menguangkannya sama saja halnya kita telah membuat perkara baru dalam agama ini, dan menyebabkan tertolaknya amalan !

HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN ZAKAT FITRAH

Apakah boleh mengeluarkan zakat fitrah dalam bentuk uang?

Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah berkata:
"Tidak boleh mengeluarkan dalam bentuk uang yang senilai zakat fitrah menurut pendapat kebanyakan ulama, karena menyelisihi apa yang ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiallahu'anhum"

Al-Fatawa 14/32.

Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah berkata:
"Mengeluarkan dalam bentuk uang itu tidak sah, karena zakat itu diwajibkan dalam bentuk makanan"

Al-Fatawa 18/265.

Sumber : Majmu'ah Al-Barakah Maa Akaabirikum

Semoga Allohh mudahkan kita untuk memahami agama ini, dan beramal sesuai dengan yang telah Rasulullaah contohkan.

Aamiin

Allaahu a'lam

Kamis, 15 Juni 2017

Tetaplah Terbang Sejauh Yang Alloh Mau.

Bismillah

Ku kenal dia awal kuliah, butuh waktu beberapa minggu kuliah sampai akhirnya kami ketemu secara nyata. Hari itu aku lupa hari apa yang ku ingat hanya tahunnya, 2011.

Dengan setelan kemeja, celana jins yang tidak begitu ketat, jilbab tipis dan kacamata, dia berjalan kearahku yang sedang menunggu didepan gedung ekonomi salah satu Universitas Swasta di Medan.

"Nisa ya ??" sapanya begitu ramah.
"Iya" jawabku waktu itu.
"Aih nis kenapa baru sekarang si ketemunya" sapanya sangat ramah dan ceria.

Namanya asti (bukan nama sebenarnya), dia sangat ramah, ceria dan selalu semangat. Itu yang aku tangkap dari pertama kali aku mengobrol dengannya.

Asti memang seorang gadis yang supel, mudah bergaul. Itu bisa dibuktikan dari banyaknya temen yang selalu berada di sampingnya baik itu perempuan maupun laki-laki.

Setelah pertemuan itu tidak ada yang signifikan terjadi. Karena kami beda kelas, jarang ketemu dikampus. Alasan yang paling dominan aku tidak begitu tertarik dengannya. Kala itu adalah akhir 2010 aku mengenal kata hidayah, 2011 aku masuk kuliah, harapan-harapan untuk menemukan temen yang akhowat sangat besar. Untuk itulah aku tidak begitu ingin dekat asti karena emang dia bukan akhowat, gaya berpakaiannya juga terkesan seperti laki-laki, kemeja, celana jins. Tapi kalau ketemu, asti selalu menyapa dengan ramahnya.

Terlebih pada saat itu asti aktif di organisasi IMM, organisasi internal kampus. Itu yang lebih-lebih membuat aku males untuk ngedeketi karena emang juga aku gak respek dengan organisasi itu. Organisasi islam dengan latar belakang Muhammadiyah tapi didalamnya aduh. Perempuan laki-laki saling deket-deketan, gitar-gitaran. Itu yang buat aku juga males deketi asti.

Belakangan aku tau bahwa asti tidak di IMM lagi dan ke HTI. Waktu itu kami satu kelas. Asti banyak bertanya tentang HTI menurut ku, aku hanya jawab semampu yang aku bisa. Dan lagi-lagi aku tidak respek juga untuk menarik asti keluar dari organisasi itu. Karena pada saat itu aku sudah menjelaskan sedikit "keganjalan" HT tapi ternyata asti malah bertahan disana bahkan asti pernah minjem gamisku untuk acara dauroh HT dan asti bermain gitar disana. Dalam hati aku cuma ngucap "kajian islam apa itu" tapi tidak melarangnya.

Waktu berjalan begitu cepat. Antara aku dan asti hanya sekedar temen saling tau wajah dan nama saja, tidak lebih dari itu. Pembahasan kami juga tidak jauh hanya seputaran tugas-tugas kuliah.
Akhirnya asti lulus kuliah duluan ketimbang nisa. Asti deket dengan sahabat nisa yang bernama rara (bukan nama sebenarnya). Pada waktu itu ada acara tasyakuran wisuda dirumah asti dan nisa diajak rara buat kesana. Itulah pertama kali nisa kerumah asti.

Kedua kalinya nisa kerumah asti ketika itu barengan lagi dengan rara. Kita bertiga kumpul dirumah asti, dikamar asti lebih tepatnya. Kamar yang lumayan besar, tempat tidurnya empuk, kamar mandinya ada didalam kamar dan yang paling penting kamar itu berAC. Benar-benar kamar yang nyaman !! Dikamar itu ada 1 buah televisi yang mana setiap tivi itu hidup selalu dimatikan sama rara. Dan disana ada 1 buah gitar berdiri kokoh. Ternyata nisa ketahui asti memang sangat mencintai gitar itu. Mungkin mau jadi musisi ya !!

Beberapa tahun terlewati setelah hari itu, antara aku dan asti tidak pernah lagi bertemu. Hanya aplikasi bbm yang menghubungkan kita.
Hari itu, asti tiba-tiba ngechat nisa bertanya tentang "Salafy". Asti tanya semuanya, dia bilang ingin belajar agama yang bener. Disitu rasanya nisa senang banget. Begitulah hidayah Alloh, hanya Dia yang bisa menentukan siapa saja yang bisa menerima hidayah itu.
Sebisa mungkin nisa pandu asti untuk mempelajari al-haq, dari mulai nisa suruh pake telegram dan joint di channel-channel salafy. Dari situ kita semakin dekat dan intens komunikasinya.

Sampai suatu hari asti tanya "bagaimana hukum minum obat dari orang yang seperti dukun?" asti cerita itu obat untuknya. Aku yang penasaran menanyakan "asti sakit apa ?"
Asti awalnya bilang "bukan penyakit menular nis, hanya saja ketika itu kambuh sangat mengerikan, asti bisa kejang-kejang dan satu rumah bakal dibuat repot banget karenanya"
Nisa semakin penasaran dan menanyakan kembali "sakit apa"
Asti akhirnya mengatakan "nisa tau epilepsi ? Kalau belum nisa searching aja"
Aku pun mencari tau apa itu epilepsi dan deg. Seperti disambar petir disiang yang sangat cerah. Berulang-ulang aku tanya apakah itu benar ? Beneran ? Gak bohong ? Karena sulit sekali mempercayainya.
Asti yang aku kenal sangat ceria, ramah, mudah bergaul, energik, semangat, ternyata memiliki riwayat penyakit tersebut.
Berulang-ulang aku tanya kepada asti mengenai penyakitnya dan dia selalu jawab "benar, asti memang punya penyakit itu"

Berulang-ulang nisa menanyakan apakah ini benar, tidak bercanda kan. Karena seketika nisa langsung ingat keceriaan-keceriaan yang disebabkan oleh asti, sangat susah dipercaya.
Nisa tanya "apakah semua teman-teman tau ?" asti jawab "tidak nisa, hanya beberapa orang saja yang tau, sekitar 5 orang saja yang tau temen-temen asti".
Nisa tanya pernah kambuh gak ? Asti jawab beberapa waktu lalu ketika asti dan keluarga liburan, dia kambuh dan akhirnya asti hanya berdiam dikamar.

Terus nisa tanya "itu minum obat ? Banyak obatnya ?"
Asti jawab "iya ada obatnya. Obatnya cuma satu nis tapi harus diminum rutin karena setelah 2 tahun meminum obat itu dosis akan berkurang, tapi kalau sehari saja asti gak minum obat itu. Asti harus ngulang dari awal lagi untuk mencapai waktu 2 tahun. Makanya asti selalu marah ngeliat orang yang baru sakit demam atau pusing saja sudah buat status 'banyaknya ini obat' atau 'capek kali minum obat ini'. Mereka gak ngerasai jadi asti yang harus menelan pil itu setiap hari tanpa boleh bolong sedikit pun"
Ya Alloh. Disitu nisa belajar lagi arti kata bersyukur, ikhlas dan jangan mengeluh. Dan disitu nisa tau asti ternyata sekuat itu !!

Perkataan yang selalu nisa ingat kala itu adalah "epilepsi itu penyakit yang bahkan untuk disembuhkan juga gak mungkin, belum ada yang sembuh. Maka dari itu asti takut, dalam keadaan diri tidak mengenal islam secara sempurna, tiba-tiba kematian itu datang. Apa yang harus asti pertanggungjawabkan disana kelak ? Sementara umur selalu berjalan kearah sana kan nis ? Asti mau belajar agama islam yang benar, sebenar-benarnya islam".

Dan ternyata ucapan terakhirnya itu bukan hanya kalimat semata. Asti sangat bersemangat. Setelah hari mengejutkan itu. Asti sangat rajin belajar. Dia mulai membeli buku-buku sunnah dari penerbit terpercaya dan mulai mematikan tivinya dan tidak pernah ia hidupkan lagi bahkan sampai sekarang. Gitar yang dulu adalah barang kesayangannya sekarang jangankan memainkannya, melihatnya saja dia sudah ingin membuangnya. Mengenai foto-foto yang menghiasi dinding rumah nya pun sudah membuat ia risih dan ingin sekali menurunkannya dan menyimpannya digudang atau membakarnya, namun tidak semudah itu karena keluarga asti adalah orang-orang yang awwam. Perlu waktu yang banyak untuk menjelaskannya.

"Duh deg deg an ni hari jum'at perdana kekampus pakai gamis" itulah pesan WA nya waktu itu. Oia asti ini melanjutkan studynya sekarang sepertinya sudah semester-semester akhir.

Nisa tetap memberikan semangat dan tips-tips agar tidak malu pakai gamis salah satunya nisa bilang aja pakai yang warna warni dulu jangan langsung yang hitam-hitam karena ini kan perdana, nanti setelah mata mereka terbiasa dengan asti yang bergamis, mereka tidak akan begitu peduli lagi mengenai warna apa yang asti kenakan. Memakai gamis juga penuh perjuangan bagi asti, cibiran dan perkataan keras dari keluarga juga ia dapatkan. Jalan menuju Jannah itu tidak mudah kan ?? Maka tetaplah semangat dan berpegang teguh.

Waktu itu hari minggu dibulan April, akhirnya kita ketemu setelah beberapa tahun tidak ketemu. Kita bertemu di Taman-taman syurga, yaa Majelis taklim adalah taman-taman syurga. Itu hari pertama nisa ketemu asti dengan "wajah" yang baru. Kalau dulu dengan celana jins nya, sekarang sudah dengan gamis dan jilbab lebarnya. Maa syaa Alloh.

Setelah taklim itu, asti semakin bersemangat dalam menuntut ilmu bahkan ia bilang bahwa ingin memanjangkan jilbabnya lagi agar mudah dipakai untuk sholat tanpa mukena. Jalan menuntut ilmu juga tidak berjalan mulus. Asti sempat dilarang orang tuanya untuknya taklim dan papanya mengancam kalau ia tetap taklim papanya akan mengobrak-abrik tempat taklim tersebut. Takutlah asti karena ia sangat tau tipikal papanya. Akhirnya dia bilang ke nisa untuk sementara tidak bisa taklim lagi. Qadarullah taklim emang diberhentikan dibulan selanjutnya karena memasuki bulan Romadhon. Dan nisa katakan asti punya waktu sekian bulan untuk mengambil hati orang tuanya. Kita selalu berdoa agar selalu dimudahkan jalannya untuk menuntut ilmu.

"Nis, asti malu kali lah kalau keluar rumah itu kelihatan wajah, serasa kayak orang telanjang nis, gak nyaman. Karena selama asti memakai gamis ini semua orang kayak ngelihatin asti. Asti ngerasa malu memperlihatkan wajah ini". Deg kata-kata ini berhasil menampar dan mencabik hatiku seketika. Bayangkan saja. Nisa yang sudah lama memakai setelan gamis jilbab panjang belum berani sekuat itu dalam berpikir. Tapi asti, yang baru beberapa bulan saja sudah berani ingin mengambil keputusan untuk menutup wajahnya.

Beberapa belakangan ini asti selalu curhat bahwa ia ingin segera bercadar, terserah mau bagaimana tanggapan orang tua dan keluarganya. Asti sudah tidak tahan untuk menjalankan kewajiban yang satu ini. Dan lagi-lagi nisa cuma bisa cemburu beserta malu karena tidak punya kekuatan sebesar ini untuk hal yang satu ini.
Setelah ngobrol dengan mamanya, meluluhlah hati mama dan mengizinkan asti bercadar tapi ketika taklim saja dan mama nya juga setuju kalau asti berhenti kuliah saja. Tapi itu hanya keputusan dari mamanya, belum ke papa.

Terakhir asti cerita ke nisa bahwa ia sangat sedih, pengen nangis, teriak karena asti ngerasa kok keluarganya begitu banget sama dia. Setelah nisa tanya kenapa ternyata jawabannya adalah papanya tidak setuju kalau asti memakai cadar. Papa bilang kalau mau memakainya setelah menikah saja.
Nisa bilang "bagus donk, itu berarti orang tua sudah setuju kalau suatu saat asti bercadar walau setelah menikah"
Tapi jawaban asti lagi-lagi menohok sampai ke ulu hati.

"Kalau waktunya gak sampai gimana nis "? Katanya
Nisa hanya jawab " Alloh Maha Tahu bahkan lebih dari kita, kok bisa ngomong gitu ?"
Asti jawab "asti ngerasa waktu semakin dekat, asti takut tidak sampai waktu untuk menjalankan perintah itu"
Nisa gemetar membaca kata-kata itu. Bukan hanya waktu bagi asti, waktu untuk nisa juga hanya Alloh yang tahu kan. Juga waktu untuk kita semua.
"Asti ngerasa sangat tertekan bahkan didalam rumah asti sendiri, tidak pernah asti ngerasa setertekan ini sebelumnya nisa".
Nisa hanya bisa jawab "tidaklah dikatakan beriman sebelum kita diuji".

Na'am. Tidaklah kita dikatakan beriman sebelum kita diuji. Ujian setiap orang berbeda-beda. Tapi satu hal yang harus asti tahu bahwa semua muslimah yang akan mulai hijroh dengan kondisi orang tua dan lingkungan awwam pun akan mengalami hal yang sama dengan apa yang asti dapatkan saat ini. Bahkan banyak yang lebih parah dari kita, ada yang baju-bajunya dibakar bahkan sampai diusir dari rumah dan tidak dianggap anak lagi.

Contoh terbesar bagi kita yang sedang hijroh dan diuji dengan ujian-ujiannya adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam dan para Sahabatnya. merekalah orang-orang dengan ujian terdahsyatnya yang kisahnya sangat melekat dihati kita. Tidakkah kisah mereka mampu mengembalikan semangat kita untuk terus hijrah dan berda diatas al-haq ??

Ukhti asti yang nisa sayangi karena Alloh.
Jujur saja, sekarang nisa sangat menyayangi anti karena kita berada dizona yang sama. Salafiyyah.
Selalu ada do'a untuk anti, semua yang terbaik untuk anti semoga selalu bersama.
Nisa nasehatkan kepada asti jangan mudah sedih karena kalau kita sedih, futur akan segera menyambar dengan begitu cepatnya.
Tetaplah bersabar dan ikhlas atas apa yang terjadi dan yang akan terjadi.
Bersabarlah sedikit lagi dalam menghadapi orang tua dan lingkungan anti. Bersabarlah sedikit lagi. Alloh akan selalu mudahkan HambaNya yang taat. Bukankah anti pernah bilang "tidak mungkin asti sekuat ini kalau bukan kekuatan dari Alloh".
Jangan pernah memikirkan hal-hal yang akan membuat asti sedih, seperti kemarin asti memikirkan perkara jodoh. Asti takut kalau jodoh asti nanti bakal kecewa mendapati asti yang punya penyakit istimewa ini. Jangan pernah risau untuk hal-hal yang sudah ditetapkan Alloh. Jodoh sudah ketentuan Alloh. Jangan terlalu ambil pusing yang penting asti tetap belajar untuk menjadi sebaik-baik perhiasan.

Nisa selalu ingat mengenai hadist ini :

Diriwayatkan oleh ‘atha’ bin Abi Rabah, dia berkata: “Telah berkata kepadaku Abdullah bin Abbas: “maukah engkau aku perlihat seorang wanita penghuni surga?” maka aku berkata : “tentu!”. Kemudian ‘Abdullah berkata: “Wanita hitam dia pernah mendatangi Rasulullahshalallahu ‘alaihi wasallam lalu ia berkata: “ aku kena penyakit ‘usro’u (ayan/epilepsy), jikalau penyakitku kambuh auratku tersingkap. Maka do’akanlah kepada Allah agar sembuh penyakitku”. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: “jikalau aku do’akan kepada Allah, pasti kamu akan sembuh. Akan tetapi jikalau kamu sabar maka bagimu surga”. Maka wanita hitam itu berkata: “Ashbiru (aku akan sabar), akan tetapi do’akan kepada Allah agar tiap kali kambuh penyakitku, auratku tidak tersingkap”. Maka Nabi pun mendo’akannya sehingga tiap kali kambuh, Allah Ta’ala menjaga auratnya.

Bukan kah asti pernah mengatakan setiap membaca hadist itu berasa lagi ngobrol sama Rasulullah kan ?

Tetap belajar dan tetaplah menjadi sosok yang nisa kenal diawal perkenalan kita, ceria, ramah, semangat.

Ukhti asti, tetaplah terbang sejauh yang Alloh mau sampai Alloh menentukan kehidupan kita selanjutnya.

Nisa uhibbukifillah ya asti.

Khayrunnisa' ash-shalihah, 19 Juni 2017

Rabu, 14 Juni 2017

Winda Ummu Abdillah Sahabatku

Bismillah.

Haiiii, kali ini mau nulis tentang sahabat lagiiii (kebanyakan nulis tentang sahabat sii nis, nulis tentang suami kapan ??) ahh elaa. Galau deh guee.

Aku kenal dia awal-awal masuk kuliah yaitu tahun 2011. Sebenarnya kenalnya pas belum masuk kuliah. Kenalnya di facebook, sama-sama mahasiswi baru jadi kepo nyoret-nyoret wall fanpage UMSU hihi jadi deh kenalan.

Sama seperti riri, sama-sama kenal di fb hanya bedanya kalau riri sekelas sama nisa, kalau winda beda kelas. Nisa kelas E, Winda kelas A.

Nisa lebih tau Winda duluan. Karena pada saat itu di fb Winda ada foto-fotonya jadi nisa bisa ngenali tapi Winda gak bisa ngenali Nisa hihihi karena gak ada fotonya pada saat itu.

Pertama kali jumpa Winda di kamar mandi Mesjid UMSU. Inget bangett pake baju Ospek, kemeja putih rok hitam plus kacamata hitam. Nisa pas liat senyum aja, gak pede nyapanya.

Singkat cerita setelah berminggu-minggu kuliah baru bisa ketemu itupun janjian. Pokoknya awal ketemu di depan gedung ekonomi deket sekret IMM (pada saat itu winda rajin di IMM, mau jadi anggota kalik yah win).

Winda ini orangnya ramah, rame, ceria. Setiap ketemu dikampus pasti nyapa "nisaa" kalau manggil pasti "nis menurut nisa cemana bla bla bla" (aslii ini aku ngetiknya berasa kedengeran suaranya hihi maa syaa Alloh kangen deh nisa)

Lupa semester berapa kita pernah sekelas, kebetulan ngambil mata pelajaran keatas dengan dosen yang sama. Disitulah nisa tau winda ikut ngaji di Hitzbut Tahrir Indonesia (HTI).
Pernah beberapa kali tanya "gimana menurut nisa tentang HTI ?"
Nisa jawab "winda masuk HT ?" terus nisa cuma jabarin point-point standart lah tentang HT yang nisa ketahui. Setelah itu emang gak terlalu mencampuri kali urusan winda untuk menentukan mau menuntut ilmu agama dimana.

Pernah winda pinjem gamis nisa warna hitam untuk acara di dauroh HTI. Dari situ nisa pikir ya winda emang uda mantap di HT.

Winda juga deket sama riri, pernah beberapa kali nisa, riri dan winda ngumpul dikamar winda mindahin file, (file apa nis ?? Ada dehh ahh kwkkwk masa lalu) btw, aslii ini nisa kangen. Kenapa dulu kita ngumpulnya gak di pondok denai itu. Sama-sama nuntut ilmu hmmm.

Winda lulus sama seperti riri 2015 bulan April sedang nisa lulus 2015 bulan Oktober.

Cukup lama 'berpisah' akhirnya 2017 bulan Maret atau Februari yaa. Tiba-tiba winda ngebbm nisa tanya macem-macem. Tentang Salafy !! Dari situ hidayah muncul. Maa syaa Alloh.

Winda ini memang gadis cerdas, semua detail ditanya. Sampai kedasar !!
Salafy itu apa, HTI itu gimana, Mu'tazilah apa nis, IM apa lagi itu, dan banyak lagi pertanyaannya yang membuat nisa juga belajar lagi setiap kali winda bertanya.

"Winda itu dengeri Ust. khalid, Ust. Syafiq, Ustadz-ustadz Rodja lah. Terus winda baca soal hukum gambar. Jelaslah hukum gambar itu Haram dan winda bingung kenapa para ustadz yang winda dengeri ceramahnya mereka juga selfi. Logika nya aja gambar yang dimaksudkan dilukis ya kan. Nah, dilukis kan itu mirip ya sama manusia, apalagi ini foto, lebih mirip lagi, kayak asli !! Itu kan sama-sama haram, disitu winda mikir ini kok begini. Winda tanya ke riri "riri dengeri rodja yah ?" riri jawab "enggak". Winda tanya nisa "nisa suka denger ustadz khalid" nisa juga jawab "enggak" disini winda makin bingung". Kurang lebih beginilah daya analisis winda dalam menganalisis sesuatu.

Ternyata dari analisis-analisis cerdasnya Alloh memberikan winda hidayah, Alhamdulillah.

Winda bilang mau hijroh, ternyata selama ini hanya tersibukkan dengan dunia, dunia dan dunia.

Sama seperti akhowat lainnya yang berasal dari keluarga awwam. Winda juga mengalami tekanan dari keluarga. Dari mama papa nya dan dari orang sekitarnya. Tapi dengan kekuatan dari Alloh winda mampu bertahan sampai sekarang ini.

April 2017 di minggu kedua, itulah pertemuan pertama setelah beberapa tahun gak ketemu. Di Mesjid Raya Brayan. Kalau dulu ngelihat pertama kali dengan kerudung saringan tahu (baca : jilbab paris hihi tipis beud itu) sekarang sudah pakai kerudung menutup dada dan tebal. Dengan gamis hitam kerudung biru dongker dan dengan kacamata hitamnya. Itulah pertama kali nisa ketemu winda dengan "wajah" yang baru.

Semangat menuntut ilmu nya sangat luar biasa. Nisa kadang ngerasa iri dan selalu termotivasi. Begitulah cara Alloh memupuk keimanan seseorang. Disaat nisa lagi futur, Alloh selalu kasih seseorang yang sangat bersemangat, bahkan semangatnya bisa menembus relung hati nisa sehingga nisa juga bisa semangat.
Maa syaa Alloh.

Jazaakillahu khoyron ukhti winda ummu abdillah. Tetap semangat menuntut ilmu, gigit sunnah ini dengan gigi geraham kita walau teramat berat dan sakit. Yakinlah ini yang terbaik dari Alloh.
Semoga kita selalu istiqomah dan akan berkumpul di Jannahnya Alloh.

Khayrunnisa' Ash-shalihah. Jum'at, 16 juni 2017.

Minggu, 04 Juni 2017

NASEHAT BAGI YANG INGIN MENIKAH (Kamu Yang Ingin Nikah, Jangan Asal-Asal Pilih Atau Langsung Terima)

Al Ustadz Luqman Baabduh hafidzohulloh

1. Bertaqwa Kepada Alloh
Meniatkan bahwa menikah yang ia lakukan adalah ibadah kepada Alloh, salah satu amalan sholih, na'am. Kemudian bagi yang meniatkan itu untuk menjaga kehormatannya.

2. Hendaknya Dia Bermusyawarah
Hendaknya dia bermusyawarah dengan orang-orang yang mungkin untuk diajak musyawarah didalam memilih calon atau bakal istri dan sebaliknya seorang perempuan.
Seorang wanita yang akan menikah hendaknya dia juga bermusyawarah, bertanya tentang calon suaminya, kalau ia seorang yang shalih bermanhaj sunnah, berakhlak dengan akhlak yang mulia maka hal ini mesti dikedepankan, didahulukan, diutamakan dibandingkan dengan seseorang yang tidak berakhlak dengan akhlak sunnah, tidak bermanhaj dengan manhaj sunnah. Barokallahu fiikum.
Berhati-hatilah didalam memilih bakal suami, bakal istri.

Kalu Nabi 'alaissholaatu wassalam mengingatkan kita dan memerintahkan kita untuk memilih kawan dan teman yang baik, baik aqidahnya, baik manhajnya, baik akhlaqnya, baik ibadahnya, lebih-lebih  bakal istri atau bakal suami yang mana nantinya istri anda bakal menjadi ibu dari anak-anak anda sebaliknya bakal suami akan menjadi ayah dari anak-anak anda, akan membimbing rumah tangga. Barokallahu fiikum

Dan tidak kalah pentingnya kepada semua yang akan menikah, na'am. . . hendaknya Thalabul Ilmi, belajar ilmu islam, bagaimana membina sebuah rumah tangga, bagaimana mendidik istri, apa hak-hak istri dan apa kewajiban seorang suami terhadap istrinya, sebaliknya kalau ia seorang wanita belajar tentang kewajiban yang Alloh wajibkan terhadap istri untuk suaminya, untuk rumah tangganya, belajar akidah, belajar tauhid, belajar ibadah na'am Barokallahu fiikum ini yang bisa ana sampaikan.

Dan ketika memulai nadzhor atau taaruf lakukan semua dengan sunnah dan cara yang syar'i. Beberapa kali terjadi ketika akan proses taaruf seorang ikhwan atau seorang pria ingin meminang seorang perempuan, terjadi taaruf melalui surat, telepon dan yang semisalnya. Tinggalkan yang seperti itu !

Taaruf dilakukan seperlunya.
Pertama taaruf itu dilakukan melalui kedua orang tua, datang dengan penuh hormat. Barokallahu fiikum.

Kemudian menanyakan kalau dia ingin meminang putri seseorang, tanyakan kepada orang yang kenal bagaimana dia, bagaimana akhlaknya, bagaimana ibadahnya, manhajnya bagaimana, seorang ahli sunnah atau dia senang kepada bid'ah dan hizbiyyah.

Begitu juga bakal istri atau calon istri. Dia menanyakan, taaruf yang baik melalui orang ketiga yang menghubungkan dari orang-orang yang amanah, dari orang-orang yang bisa memegang amanah. Jangan kemudian kita main langsung taaruf antara pria ini dengan wanita tersebut. Nauzhubillah
Berapa banyak terjadi fitnah dipermainkan oleh syaithan.

Itu yang bisa ana sampaikan sebagai nasehat. Barokallahu fiikum.

Pacaran Sebelum Menikah Apa Untungnya ?

Alhamdulillah...Taklim Ustadz Hamzah Jember Sebelum Buka Bersama, Setelah Itu Mampir Ketempat Ummahat Sambil Menunggu Aba²nya Pulang Sholat Tarawih.

Sesama Ummahat Saling Berbagi Cerita Masalalu, Bukan Hendak Mengumbar Aib, tapi Banyak Pelajaran Yg Bisa Diambil Dari Cerita Ini.

Obrolan Sampai Pada Cerita Tentang Pacaran,(Maklum Dulu Kami Orang Awam yg Masih Jahil)

Semua Sepakat Tentang Apa Untungnya Pacaran Sebelum Menikah

Semua Hanya Pembodohan Dan Banyak Merugikan, Kalau Dulu Belum Tau Pacaran Itu Dosa. Yang Kami Tau, Hati Berbunga-bunga Karna Dimabuk Asmara, Padahal Sejatinya...Itu Hanya Tipuan Syahwat Semata, Yang Patut Di Akui. Cinta Bukan Pada Tempatnya, Banyak Menguras Waktu..Fikiran...Dan Dompet Tentunya ( Karna Harus Beli Pulsa Buat Nelpon Dan SMS) Agar Rindu Dan Cemburu yg Tidak Halal Itu Mudah Terlampiaskan...(Astaghfirullah..)

Dan Yg Lebih Parahnya Lagi, Kalau Putus Atau Ada Masalah Hati Menjadi Galau. Disitulah Kami Sepakat Bahwa Pacaran Sebelum Menikah Adalah Suatu Kebodohan...#MasyaaAlloh

Itulah Pentingnya Kita Mempelajari Ilmu Dien Dengan Baik Dan Benar. Agar Terangkat Suatu Kebodohan Dan Mampu Menghindari Maksiat.

Barakallahu fiik

#copasstatusummahat

Sabtu, 03 Juni 2017

Tenanglah, Jangan Terburu-buru

Saat meminta dalam doa, al 'ajalah juga tercela. Kurang bisa bersabar dalam menanti wujud nyata dari harapan-harapan yang kita panjatkan kepada Alloh. Rasa-rasanya kita ingin setiap doa yang terucap, saat itu juga segera dikabulkan oleh Alloh. Apakah memang demikian ? Bisa saja sikap al 'ajalah dalam berdoa justru mengubahnya menjadi tidak mustajab.

Bukhari (6340) dan Muslim (2735) menyebutkan sebuah riwayat dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahuanhu. Terkait hal ini, rupanya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wassalam sangat besar perhatiannya. Beliau bersabda :

"Doa yang kalian panjatkan akan dikabulkan, selama tidak bersikap al 'ajalah. Ia menyatakan 'Aku sudah berdoa namun belum juga dikabulkan"

Buruknya al 'ajalah !! Bahkan doa pun bisa berubah menjadi tidak mustajab. Ia merasa telah meminta, berharap, dan berdoa. Bahkan ia menilai sudah cukup lama dan cukup sering meminta. Berkuranglah kepercayaannya kepada Alloh. Tipislah harapan dia akan doa. Sampai-sampai terucap dilisan "kenapa tidak kunjung terwujud doaku ?"

Nah, justru itulah sebabnya. Barangkali al 'ajalah telah menghambat kekuatan doanya. Mestinya ia bersabar penuh keyakinan. Harusnya ia percaya bahwa Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan. Kenapa ia malah mempertanyakan ??.

Ustadz Abu Nashim Mukhtar Hafizhahulloh dalam Majalah Qudwah Edisi 24 Vol  03 2014, hlm. 18

Senin, 29 Mei 2017

*KEADAAN MUKMIN KETIKA CATATAN AMAL DIBERIKAN KEPADANYA*

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu mengatakan,

يُدني الله العبدَ يومَ القيامة،
فيضع عليه كَنَفَهُ،
فيسترُه مِنَ الخلائق كُلِّها،
ويدفع إليه كتابه في ذلك الستر،

Allah mendekat kepada hamba pada hari kiamat.
Dia pun meletakkan penutup padanya dan menutupinya dari makhluk seluruhnya.
Kemudian Allah pun memberikan catatan amalannya di dalam penutup tersebut.

فيقول : اقرأ يا ابنَ آدم كتابَك،
فيقرأ ، فيمر بالحسنة ، فيبيضُّ لها وجهُهُ، ويُسرُّ بها قَلبُه،

💐 Allah pun berfirman kepadanya,
"Bacalah kitabmu wahai anak Adam!"

Dia pun membaca dan melewati amal salihnya.
Wajahnya pun berseri dan kalbunya gembira.

فيقولُ الله : أتعرِفُ يا عبدي؟
فيقول : نعم،
فيقول : إنِّي قبلتها منك
، فيسجد،

💐 Allah pun mengatakan kepadanya,
"Apakah engkau mengetahuinya, hamba-Ku?"

Dia menjawab, "Ya."

Allah pun mengatakan,
"Sungguh, Aku telah menerimanya darimu."

Hamba itu pun bersujud.

فيقول : ارفع رأسَك وعُد في كِتابك ،
فيمر بالسيِّئة ، فيسودُّ لها وجهه، ويَوْجَلُ منها قلبُه ، وترتعدُ منها فرائصُهُ ، ويأخذه من الحياء من ربِّه ما لا يعلمُه غيرُه،

🥀🍂  Allah pun berfirman,
"Angkat kepalamu dan kembalilah baca catatan amalanmu."

Dia pun melewati amalan jeleknya .
Mukanya pun menghitam, kalbunya takut, dan dia pun menggigil ketakutan.

Dia dikuasai rasa malu kepada Rabbnya yang teramat sangat, yang tidak diketahui oleh orang lain.

فيقول : أتعرف يا عبدي؟
فيقول : نعم يا رب،
فيقول : إنِّي قد غفرتُها لك،
فيسجدُ،

🍂 Allah pun berfirman,
"Apakah engkau tahu ini, wahai hamba-Ku?"

Dia menjawab, "Ya, wahai Rabbku."

Allah pun berfirman,
"Sungguh, telah Aku ampuni engkau."

Hamba itu pun bersujud.

فلا يرى منه الخلائقُ إلاَّ السُّجود حتى ينادي بعضهم بعضاً : طوبى لهذا العبد الذي لم يَعصِ الله قطُّ ، ولا يدرون ما قد لقي فيما بينه وبينَ ربِّه ممَّا قد وَقَفَهُ عليه

💦💦💦  Makhluk lainnya tidak melihat kecuali sujud yang dilakukannya. Sampai-sampai, sebagiannya menyeru kepada yang lainnya,

"Beruntung hamba ini yang tidak pernah bermaksiat kepada Allah sedikit pun."

Mereka tidak tahu apa yang telah  diperlihatkan antara dia dengan Rabbnya."

📚 Referensi: An Nihayah fil Fitan wal Malahim Al Hafizh Ibnu Katsir hlm. 166

💦💦💦💦💦💦💦💦

•┈┈•┈┈•⊰✿📚✿⊱•┈┈•┈┈•
Tag: #fawaidumum #hikmah #kiamat #dosa #hisab

🌎 Kunjungi website kami tashfiyah.com

📱 Mari bergabung di
Channel Resmi Majalah Tashfiyah
bit.ly/tashfiyah

📲 BAGIKAN ARTIKEL INI, siapa tahu ada yang beramal karena Anda
"Siapa yg menunjukkan pada kebaikan, dia mendapat pahala seperti pelakunya."
[H.R. Muslim]

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
       🍃Turut menyebarkan:
Whatsapp: 🌹syarhus sunnah lin nisaa`

Minggu, 28 Mei 2017

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (20)

Bab 10: Hal-Hal Lain Yang Harus Ditinggalkan Ketika Berpuasa

Al-Imam as-Sa’di berkata, “Rasulullah bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan haram (dusta dan selainnya), serta tindakan dungu, Allah tidak menginginkan (menyukai) aktiviti orang itu meninggalkan makan dan minum.” (HR al-Bukhari)”

🔹Al-Imam al-Utsaimin menafsirkan maknanya adalah segala perkataan dan perbuatan haram yang meliputi berkata dusta, ghibah, menuduh, mencaci maki, dan lainnya.
🔹Dan perbuatan dungu, adalah seperti ash-Shakhab, iaitu berteriak-teriak kerana berselisih (bertengkar), mencaci maki, mencemuh, dan semisalnya.
🔹Hadits ini bermakna bahawa Allah sebenarnya tidak menginginkan (menyukai) orang yang berpuasa hanya semata-mata menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa lainnya. Bukan semata-mata ini yang diinginkan oleh Allah dari syariat puasa, melainkan agar orang yang berpuasa meninggalkan perkara-perkara haram. Inilah hikmah diwajibkannya puasa dalam syariat ini, sebagaimana firman Allah:

📖 “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)

📕“Puasa adalah perisai (pelindung). Maka dari itu, jika datang hari yang salah seorang di antara kalian berpuasa, janganlah ia melakukan ar-rafats (berkata kotor dan keji) dan ash-shakhab (berteriak-teriak/bertengkar). Jika ada yang mencacinya atau memeranginya, hendaklah dia mengatakan, ‘Sungguh aku sedang berpuasa’.” (Muttafaq ‘alaih)

📕“Boleh jadi, seorang yang berpuasa bahagian yang didapatkan dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga (tanpa pahala). Boleh jadi pula, seorang yang mendirikan solat malam bahagian yang didapatkannya dari solat malamnya hanya begadang (berjaga malam tidak tidur).” (HR Ahmad dan Ibnu Majah. Dinyatakan sahih oleh al-Albani dan dihasankan oleh al-Wadi’i)

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 ll مجموعة طريق السلف ll 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (19)

Bab 9 : Ketentuan Berbuka Puasa & Sahur

🔘 Adab-Adab Berbuka Puasa

❎📕“Jika salah seorang di antara kalian berbuka puasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma kering. Jika ia tidak mendapati kurma kering, hendaknya ia berbuka dengan minum air, kerana air itu suci lagi menyucikan.” (HR Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah. Al-Albani mendhaifkannya di dalam Irwa’ al-Ghalil, Dha’if at-Tirmidzi dan Dha’if Ibni Majah)

✅ Riwayat yang benar dari Rasulullah dalam masalah ini hanyalah amalan baginda, iaitu hadits Anas bin Malik:

📕“Rasulullah biasa berbuka puasa dengan makan beberapa buah kurma segar sebelum menunaikan solat Maghrib. Jika tidak ada kurma segar, baginda berbuka dengan memakan beberapa buah kurma kering. Jika tidak ada kurma kering, baginda berbuka dengan meneguk beberapa teguk air.” (HR Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Baihaqi. Al-Baihaqi berkata hadits ini berderajat hasan gharib. Dan al-Albani serta al-Wadi’i berkata hadits ini hasan)

❗Al-Albani berkata, “Kesimpulannya, riwayat yang benar dari Rasulullah dalam masalah ini hanyalah hadits Anas, yang berupa amalan baginda. Adapun hadits Anas dan hadits Salman bin ‘Amir yang berupa ucapan dan perintah baginda, menurut kami, kedua hadits itu tidak benar riwayatnya dari baginda. Wallahu’alam.”

🔘 Bacaan-Bacaan Tertentu Ketika Hendak Berbuka Puasa
✅1⃣: 

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

📕“Rasulullah jika telah berbuka puasa biasa mengucapkan, ‘Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat, dan telah tetap pahala berpuasa, jika Allah menghendaki’.” (HR Abu Dawud, an-Nasa’i dan ad-Daraquthni. Dinyatakan hasan sanadnya oleh ad-Daraquthni, Ibnu Hajar dan al-Albani)

❎2⃣: 

اللَّھُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا, اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

📕“Jika telah berbuka puasa, Nabi biasa membaca, ‘Wahai Allah, keranaMu kami berpuasa dan dengan rezeki dariMu kami berbuka puasa. Wahai Allah, terimalah amal ini dari kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui’.” (HR Abu Dawud, al-Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, derajatnya dihukumi DHA’IF oleh al-Albani dalam al-Irwa’)

❗Al-Imam Ibnu Utsaimin berkata dalam asy-Syarh al-Mumti, “Sanad-sanad hadits ini lemah, namun tidak mengapa dibaca (dengan keyakinan ianya bukanlah sunnah Nabi).”

🔘 Disunnahkan Memberi Makanan & Minuman Kepada Orang Yang Berpuasa

📕“Barang siapa memberi makan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, ia mendapatkan pahala senilai dengan pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban. Disahihkan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani)

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 ll مجموعة طريق السلف ll 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (18)

Bab 9 : Ketentuan Berbuka Puasa & Sahur

🔘 Ketentuan Sahur

📕“Hendaklah kalian makan sahur, kerana pada santapan sahur terdapat berkah.” (Muttafaq ‘alaih)

🔹An-Nawawi berkata dalam kitab al-Majmu’, “Waktu sahur adalah rentang waktu antara pertengahan malam hingga terbitnya fajar (waktu Subuh).”

🔘 Hukum Sahur
🔹Sahur yang diperintahkan oleh Rasulullah dalam hadits tersebut hukumnya sunnah (tidak wajib). Hal ini telah menjadi ijma’ (kesepakatan) para ulama. Ijma’ tersebut telah dinukilkan oleh Ibnul Mudzir, an-Nawawi dan Ibnu Qudamah.

🔘 Berkah Sahur
🔹Antara berkah sahur yang disebutkan oleh Ibnu Hajar dan al-Utsaimin:
1⃣: Berkah terbesar yang akan diraih dengan melaksanakan sahur adalah mengikuti sunnah Nabi, baik sunnah qauliyyah (sunnah berupa ucapan Rasul) mahupun sunnah fi’liyyah (sunnah berupa perbuatan Rasul).

📕Zaid bin Tsabit berkata, “Kami pernah melakukan sahur bersama Rasulullah, kemudian kami pergi menunaikan solat Subuh.” Aku (Anas) bertanya, “Berapa selang waktu antara keduanya (antara sahur dan solat Subuh)?” Zaid bin Tsabit menjawab, “Lama bacaan lima puluh ayat.” (Muttafaq ‘alaih)

2⃣: Menyelesihi kebiasaan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani).

📕“Pembeza antara puasa kami (umat ini) dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim)

3⃣: Menguatkan orang yang berpuasa dalam beribadah.
4⃣: Memberi tambahan semangat dalam melaksanakan ibadah.
5⃣: Menjadi sebab untuk berzikir dan berdoa di waktu terkabulnya doa, kerana terjaga di waktu sahur.
6⃣: Mendapatkan kesempatan untuk menyusulkan niat berpuasa esok harinya, iaitu bagi orang yang lupa berniat sebelum tidur.

🔘 Sunnah Mengakhirkan Sahur Hingga Mendekati Waktu Terbit Fajar

🔹Pelaksanaan sahur disunnahkan diakhirkan hingga mendekati waktu terbit fajar (mendekati waktu subuh). Dalilnya adalah hadits Zaid bin Tsabit yang telah disebutkan di atas.

🔹Al-Imam al-Utsaimin berkata dalam Syarh Riyadh ash-Shalihin, “Bacaan lima puluh ayat berkisar sepuluh minit hingga seperempat jam (lima belas minit).”

🔹Al-Imam al-Utsaimin berkata pula dalam kitab Majmu’ ar-Rasa’il, “Semestinya seorang bersiap untuk menghentikan (menyelesaikan) makan sahurnya sebelum tiba waktu fajar. Berbeza dengan apa yang dilakukan oleh sebahagian orang yang jika waktu fajar telah dekat sekali barulah ia bergegas melakukan sahur. Ia menganggap bahawa itulah yang merupakan perintah Rasulullah untuk mengakhirkan sahur. Namun hal itu tidaklah benar. Sebab mengakhirkan sahur semestinya dilakukan pada waktu yang benar-benar memungkinkan seseorang untuk menyelesaikan makan sahurnya sebelum terbit fajar.”

🔘 Batas Akhir Waktu Sahur

🔹Terdapat perbezaan pendapat di kalangan ulama dalam hal ini, namun yang benar adalah pendapat yang mengatakan batas akhir waktu pelaksanaan sahur adalah terbitnya fajar shadiq (fajar asli) yang merupakan tanda masuknya waktu solat Subuh. Ini merupakan pendapat jumhur ulama termasuk keempat-empat imam mazhab. Dalilnya:

📖 “… Dan makan minumlah kalian hingga tampak jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, iaitu fajar.” (Al-Baqarah: 187)

📕“Bilal biasa mengumandangkan azan di malam hari (sebelum terbit fajar). Rasulullah berkata, ‘Makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan, kerana ia tidak mengumandangkan azan sampai benar terbit fajar’.” (Muttafaq ‘alaih)

🔘 Melanjutkan Sahur Sebatas Makanan Yang Ada Di Tangan Ketika Mendengar Azan Subuh

📕“Jika seseorang di antara kalian mendengar azan, sedangkan minuman masih ditangannya, janganlah ia meletakkan wadah itu hingga ia menunaikan keperluannya dari minuman itu.” (HR Ahmad dan Abu Dawud, disahihkan al-Albani dan al-Wadi’i)

✅ Al-Imam al-Utsaimin menukilkan pada Jalasat Ramadhaniyyah bahawa sebahagian ulama telah memberikan keringanan tersebut berdasarkan hadits ini. Namun, beliau sendiri berpendapat bahawa yang lebih hati-hati adalah menghentikan makan dan minum ketika itu, meskipun azan hanya berdasarkan dugaan kuat akan terbitnya fajar.

❗Kami menyatakan bahawa selama hadits ini diperselisihkan kesahihannya, sikap yang lebih hati-hati adalah menghentikan makan dan minum saat itu.

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 ll مجموعة طريق السلف ll 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (17)

Bab 9 : Ketentuan Berbuka Puasa & Sahur

💎Al-Imam as-Sa’di berkata, “Rasulullah bersabda, “Kaum muslimin (yang berpuasa) akan senantiasa dalam kebaikkan selama mereka bersegera dalam berbuka puasa.” (Muttafaq ‘alaih). Baginda juga bersabda, “Hendaklah kalian makan sahur, kerana pada santapan sahur terdapat berkah.” (Muttafaq ‘alaih). Baginda bersabda pula, “Jika seseorang di antara kalian berbuka puasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma kering. Jika ia tidak mendapati kurma kering, hendaknya ia berbuka dengan minum air, kerana air itu suci lagi menyucikan.” (Hadits riwayat lima imam)”

🔘 Ketentuan Berbuka Puasa

📕“Kaum muslimin (yang berpuasa) senantiasa dalam kebaikkan selama mereka bersegera dalam berbuka puasa.” (Muttafaq ‘alaih)

1⃣: Sunnah berbuka puasa ketika telah masuk waktu berbuka.

📕“Jika malam hari telah datang dari arah sini (timur), dan siang hari telah pergi dari arah sini (barat), serta telah terbenam matahari, orang yang berpuasa pun berbuka.” (Muttafaq ‘alaih)

2⃣: Kaum muslimin yang berpuasa senantiasa dalam kebaikkan selama mereka bersegera dalam berbuka puasa (ketika tiba waktunya)
🔹Yang dimaksud dengan kebaikkan di sini adalah kebaikkan dalam hal agama, berupa mengikuti sunnah Nabi serta memperoleh kelapangan dan ketenangan hati.

🔹Perbuatan menunda berbuka puasa hingga munculnya bintang-bintang di langit sebagaimana yang dilakukan oleh kaum sesat Syiah Rafidhah, bukanlah kebaikkan. Menunda berbuka puasa adalah kebiasaan kaum Yahudi dan Nasrani.

📕“Agama ini senantiasa berjaya selama kaum muslimin bersegera dalam berbuka puasa, kerana kaum Yahudi dan Nasrani biasa menundanya.” (HR Abu Dawud)

3⃣: Terlarangnya Puasa Wishal
🔹Puasa wishal adalah menyambung puasa dalam dua hari atau lebih tanpa berbuka.

📕“Nabi telah melarang untuk melakukan puasa wishal. Baginda pernah ditanya, “Sungguh engkau sendiri melakukan puasa wishal, wahai Rasulullah?” Baginda menjawab, “Keadaanku tidak seperti keadaan kalian, sesungguhnya aku diberi makan dan minum oleh Rabbku.”

🔹Makna hadits ini menurut yang dinyatakan oleh Ibnul Qoyyim dan al-Utsaimin, yang dimaksud makan dan minum yang diberikan Allah kepada NabiNya adalah kelapangan hati yang Allah berikan dalam kalbu baginda untuk senantiasa berzikir kepadaNya (mengingatNya) daripada mengingat perkara lain. Hal ini adalah kekhususan yang diberikan kepada Nabi, iaitu baginda terkadang melakukan puasa wishal. Adapun umatnya dilarang melakukannya.

🔹Akan tetapi terdapat izin dari Nabi untuk melakukan wishal hanya sampai waktu sahur.

📕“Janganlah kalian melakukan puasa wishal. Maka dari itu, siapa pun di antara kalian jika ingin meneruskan puasanya (tidak berbuka), lakukanlah hingga waktu sahur.” (HR Bukhari)

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 ll مجموعة طريق السلف ll 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (16)

Bab 8 :Pembatal-Pembatal Puasa

🔘 Ketentuan Kafarat (Tebusan)
🔹Ada perbezaan pendapat di kalangan ulama apakah kafarat hanya wajib bagi orang yang batal puasa Ramadhan kerana jima’, ataukah wajib bagi siapa saja yang membatalkan puasanya dengan pembatal puasa apa pun.

1⃣: Pendapat pertama, yang terkena kewajipan kafarat adalah orang yang batal puasa Ramadhan kerana melakukan jima’. Adapun orang yang batal puasa Ramadhan kerana selain jima’, ia tidak terkena kewajipan membayar kafarat. Inilah pendapat yang disebutkan oleh penulis (as-Sa’di), dan merupakan pendapat jumhur ulama. Pendapat ini dinyatakan rajih (kuat) oleh Syaikhul Islam, al-Albani, al-Utsaimin dan al-Lajnah ad-Da’imah.

📕“Seorang lelaki datang kepada Nabi lalu berkata, ‘Binasalah aku wahai Rasulullah.’ Nabi pun bertanya, ‘Apa yang membinasakanmu?’ Ia berkata, ‘Aku telah menggauli isteriku di siang Ramadhan.’ Baginda bertanya, ‘Apakah engkau boleh mendapatkan sesuatu untuk memerdekakan (membebaskan) budak (hamba)?’ Ia menjawab, ‘Tidak.’ Baginda bertanya, ‘Apakah engkau boleh melakukan puasa selama dua bulan secara berturut-turut?’ Ia menjawab, ‘Tidak.’ Baginda bertanya, ‘Apakah engkau boleh mendapatkan sesuatu untuk memberi makan enam puluh orang fakir miskin?’ Ia menjawab, ‘Tidak…’ …” (HR Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

2⃣: Pendapat kedua, kafarat dikenakan secara umum kepada orang yang batal puasa Ramadhan kerana faktor apa pun, baik kerana jima’ mahupun selainnya. Ini adalah pendapat mazhab Maliki, dan pendapat ini yang dipilih oleh asy-Syaukani. Mereka berdalil dengan hadits di atas yang bersifat mutlak dan qiyas antara jima’ dengan pembatal puasa lainnya. Kedua pendalilan ini lemah. Jadi, kewajipan kafarat hanya berlaku bagi orang yang batal puasa Ramadhan kerana melakukan jima’.

🔘 Jenis-Jenis Kafarat
🔹Jenis-jenis kafarat yang telah disebutkan oleh al-Imam as-Sa’di seperti yang disebutkan sebagai berikut:

1⃣: Memerdekakan (membebaskan) hamba (budak). Dipersyaratkan bahawa hamba yang dimerdekakan adalah hamba yang beriman, meskipun dia fasiq. Dengan demikian, pembebasan hamba kafir tidak sah dalam hal ini.

📖 “…Hendaklah ia membebaskan hamba mukmin (beriman)…” (An-Nisa’: 92)

📕“Bebaskanlah hamba wanita ini kerana sesungguhnya ia wanita yang mukminah (beriman)!” (HR Muslim)

2⃣: Berpuasa selama dua bulan berturut-turut tanpa terputus. Jika terputus tanpa uzur maka urutan puasa kafarat yang sedang dikerjakan itu batal dan harus diulangi dengan puasa yang baru dari awal. Adapun jika terputus kerana ada uzur, tidak batal. Uzur-uzur tersebut adalah:
➡Uzur secara fizikal, seperti uzur sakit mahupun safar tanpa ada maksud untuk beristirehat dari puasa.
➡Uzur secara syariat, iaitu terhalang berpuasa kerana bertepatan dengan hari ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, ataupun hari-hari tasyriq (11 – 13 Dzulhijjah) yang merupakan hari-hari yang diharamkan berpuasa.

3⃣: Memberi makanan kepada enam puluh orang fakir miskin. Jumlahnya harus enam puluh orang fakir miskin. Jika makanan dengan kadar yang mencukupi enam puluh orang fakir miskin dikumpulkan lalu dibagikan kepada satu orang fakir miskin saja atau kepada enam orang fakir miskin saja selama sepuluh hari, hal ini tidaklah sah. Dalam hal ini dipersyaratkan harus dibagikan kepada enam puluh orang fakir miskin, yang masing-masing mendapat satu bahagian makanan.

📕“...Apakah engkau boleh mendapatkan sesuatu untuk memberi makan enam puluh orang fakir miskin?...” (HR Ahmad, al-Bukhari, Muslim)

✅ Namun, jika tidak diketemukan fakir miskin sejumlah itu, diperbolehkan memberikannya kepada sejumlah fakir miskin yang ada. Jika fakir miskin yang ditemukan hanya tiga puluh orang, diberikan kepada mereka dua kali per hari. Jika yang ditemukan hanya lima belas orang, diberikan kepada mereka empat kali per hari. Jika hanya satu orang, diberikan kepada mereka enam puluh kali per hari. Inilah pendapat terkuat dalam masalah ini yang dipilih oleh Ibnu Qoyyim dan Ibnu Utsaimin.

❗Tidak boleh memilih jenis pilihan kafarat berikutnya melainkan jika jenis sebelumnya tidak mampu ditunaikan. Ini adalah pendapat jumhur ulama.

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 ll مجموعة طريق السلف ll 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (15)

Bab 8 : Pembatal-Pembatal Puasa

🔘 Tidak Diperbolehkan Menunda Qadha Puasa Ramadhan Hingga Melewati Ramadhan Berikutnya Tanpa Uzur

🔹Al-Imam al-Utsaimin berkata, “Perkataan Aisyah, ‘Kemudian aku tidak dapat mengqadhanya selain di bulan Sya’ban’, menunjukkan bahawa qadha puasanya tidak boleh ditunda lagi (lebih dari bulan Sya’ban) hingga melewati Ramadhan berikutnya. Sebab Aisyah tidak boleh menundanya lagi hingga melewati Ramadhan berikutnya, sementara ketidakmampuan yang ia maksud di sini adalah ketidakmampuan kerana dibatasi syariat, ertinya ‘Aku tidak boleh lagi menundanya (lebih dari Sya’ban) kerana dibatasi syariat’.”

🔹Barangsiapa menunda qadha puasa hingga melewati Ramadhan berikutnya tanpa uzur, ia berdosa. Adapun mengenai beban tanggung jawabnya, terdapat perbezaan pendapat di kalangan ulama:

1⃣: Pendapat pertama, ia tetap dituntut untuk menunaikan qadha puasanya dan tidak terkena tuntutan membayar kafarat (tebusan). Ini adalah pendapat Ibrahim an-Nakha’i dan Abu Hanifah. Dirajihkan (dikuatkan) oleh asy-Syaukani dan al-Utsaimin. Berdasarkan makna ayat:

📖 “… Hendaklah ia berpuasa pada hari-hari yang lain sebanyak hari yang ditinggalkannya itu.” (Al-Baqarah: 184)

2⃣: Pendapat kedua, ia tetap dituntut untuk menunaikan qadha puasanya dan terkena kewajipan membayar kafarat (tebusan) dengan memberi makan fakir miskin. Ini adalah pendapat al-Imam Ahmad, asy-Syafi’i, Malik dan jumhur. Difatwakan juga oleh al-Lajnah ad-Da’imah. Namun, Ibnu Hajar berkata, “Tidak ada satu riwayat marfu’ (berasal dari Rasulullah) tentang hal ini yang tsabit (benar). Yang ada hanyalah pendapat dari sekelompok sahabat, di antaranya adalah Ibnu Abbas, Abu Hurairah dan Umar.”

☝🏼Asy-Syaukani berkata, “Pendapat para sahabat ini bukan hujah (dalil). Demikian pula, mazhab jumhur ulama berpegang pada suatu pendapat tidaklah menunjukkan bahawa pendapat itu pasti benar. Menurut kaedah, berjalan di atas hukum asal yang ada menuntut bahawa tidak ada kewajipan untuk sibuk mengamalkan suatu hukum syariat sampai ada dalil yang menggesernya keluar dari hukum asal tersebut, sedangkan dalam masalah ini dalil itu tidak ada.”

☝🏼Al-Utsaimin berkata, “Adapun menjadikan pendapat para sahabat sebagai hujah adalah lemah, jika menyelisihi makna yang tampak dari ayat al-Qur’an. Dalam masalah ini, pendapat yang mewajibkan membayar kafarat adalah pendapat yang menyelisihi zahir al-Qur’an, kerana Allah tidak mewajibkan selain melakukan qadha sebanyak hari yang ditinggalkan itu dihari-hari yang lain. Allah tidak mewajibkan lebih dari itu.”

3⃣: Pendapat ketiga, ia terkena kewajipan membayar kafarat (tebusan) dan tidak dituntut menunaikan qadha puasa. Ini adalah pendapat yang jelas salahnya, kerana menyelesihi al-Qur’an dan mewajibkan sesuatu sebagai pengganti kewajipan qadha tanpa dalil. Wallahu’alam.

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 ll مجموعة طريق السلف ll 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

Jumat, 19 Mei 2017

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (14)

Bab 8 : Pembatal-Pembatal Puasa

🔘 Ketentuan Qadha Bagi Orang Yang Batal Puasa Tanpa Uzur

🔹Seseorang tidak boleh membatalkan puasa tanpa uzur (alasan yang dibenarkan syariat). Barang siapa melakukannya ia tergolong pelaku dosa besar. Apakah orang yang batal puasa tanpa uzur wajib melakukan qadha puasa (mengganti puasanya di waktu lain) atau tidak? Dalam masalah ini terjadi perbezaan pendapat di kalangan ulama:

1⃣: Ada yang berpendapat wajib melakukan qadha puasa. Dalilnya adalah penyamaan hukum dengan orang yang batal puasa kerana uzur secara qiyas. Ini yang disebutkan oleh penulis (as-Sa’di) yang merupakan pendapat jumhur ulama. Pendapat ini yang difatwakan oleh al-Lajnah ad-Da’imah dan Ibnu Utsaimin.

2⃣: Ada yang berpendapat bahawa orang yang batal puasa tanpa uzur tidak terkena kewajipan melakukan qadha puasa. Kewajipannya hanyalah bertaubat dan beristighfar (memohon ampun) kepada Allah, serta memperbanyak amal soleh. Sebab pada asalnya puasa Ramadhan tidak boleh dilaksanakan di luar Ramadhan, selain jika ada uzur. Ini adalah ibadah yang telah dibatasi waktu pelaksanaannya hanya di bulan Ramadhan, dan ibadah yang telah dibatasi waktu pelaksanaannya tidaklah sah dilakukan di luar waktunya tanpa uzur, seperti halnya solat yang tidak sah ditunaikan di luar waktunya. Ini adalah pendapat Ibnu Hazm, dan ia menukilkan pendapat ini dari al-Khulafa’ ar-Rasyidun selain Utsman, serta dari Ibnu Mas’ud dan Abu Hurairah. Pendapat ini dipilih oleh al-Imam Ibnu Taimiyah, Muqbil al-Wadi’i dan al-Albani.

✅ Kami berpendapat bahawa masalah ini kebenaran ada pada pendapat kedua. Kesimpulannya, kewajipan melakukan qadha puasa hanyalah diwajibkan bagi orang yang batal puasa kerana memiliki uzur (alasan yang dibenarkan oleh syariat), seperti kerana haidh, nifas, sakit yang diharapkan sembuh, melakukan safar atau sejenisnya.

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 II مجموعة طريق السلف II 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (13)

Bab 8: Pembatal-Pembatal Puasa

🔘 Rincian Pembatal Puasa Yang Diperselisihkan

➡Pendapat kedua, berbekam tidak membatalkan puasa. Ini merupakan pendapat jumhur ulama, seperti al-Imam Abu Hanifah, Malik, dan asy-Syafi’i. Pendapat ini dipilih oleh asy-Syaukani dan al-Albani. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan lafaz:

📕“Nabi pernah berbekam dalam keadaan berihram (ketika berhaji) dan baginda pernah berbekam dalam keadaan berpuasa.”

📕Dan juga hadits Anas, ia berkata, “Awal mula diharamkannya berbekam bagi yang berpuasa adalah (peristiwa) Ja’far bin Abi Thalib berbekam dalam keadaan berpuasa, lalu Nabi melewatinya dan berkata, ‘Puasa kedua orang ini telah batal.’ Selanjutnya Nabi memberikan keringanan setelah itu untuk berbekam bagi orang yang berpuasa. Adalah Anas pernah berbekam dalam keadaan berpuasa.” (HR ad-Daraquthni dan al-Baihaqi, ad-Daraquthni mengatakan “seluruh periwayatannya berderajat tsiqah (terpercaya) dan aku tidak mengetahui ada ‘illah (cacat) pada hadits ini.” Hal ini dipersetujui oleh al-Baihaqi dan al-Albani)

🔹Akan tetapi, ulama dengan pendapat ini, berbeza pandangan pula dalam penetapan hukumnya:
▫Ada yang menyatakan bahawa berbekam hukumnya makruh, berdasarkan gabungan hadits-hadits yang ada. Ini adalah pendapat al-Imam Malik dan asy-Syafi’i.

▫Ada pula yang menyatakan bahawa berbekam dibolehkan dan tidak makruh, kerana hadits tentang batalnya puasa orang yang membekam dan yang dibekam mansukh (telah dihapus hukumnya). Ini adalah pendapat al-Imam Abu Hanifah, Ibnu Hazm dan al-Albani.

▫Al-Imam asy-Syaukani merinci masalah ini dengan berkata, “Hadits-hadits yang ada dipadukan maknanya bahawa berbekam hukumnya makruh bagi orang yang akan melemah kerananya, dan semakin bertambah makruh jika keadaan lemah akibat berbekam menjadi sebab batalnya puasa. Adapun bagi orang yang tidak menjadi lemah kerananya, hukumnya tidak makruh. Walaupun begitu, menghindari berbekam bagi orang yang berpuasa adalah lebih baik.”

✅ Kesimpulannya, yang benar adalah pendapat yang menyatakan berbekam tidak membatalkan puasa, kerana hukumnya sebagai pembatal puasa telah mansukh (dihapus). Meskipun demikian, pendapat yang menyatakan makruh untuk berbekam bagi orang yang akan melemah kerananya, memiliki sisi pandangan yang benar. Terlebih lagi jika keadaan lemah akibat berbekam sampai pada tahap menjadi sebab batalnya puasa. Oleh itu, rincian dari al-Imam asy-Syaukani lebih memuaskan. Wallahu’alam.

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 II مجموعة طريق السلف II 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (12)

Bab 8 : Pembatal-Pembatal Puasa

🔘 Rincian Pembatal Puasa Yang Diperselisihkan

1⃣: Muntah Dengan Sengaja.
🔹Ulama berselisih dalam hal ini:

➡Pendapat pertama, muntah dengan sengaja membatalkan puasa. Ini disebutkan oleh penulis (as-Sa’di), dan ini adalah pendapat jumhur ulama dan Ibnu Hazm. Pendapat ini dipilih Ibnu Taimiyah, ash-Shan’ani, asy-Syaukani, Ibnu Baz, dan Ibnu Utsaimin.

📕“Barangsiapa terpaksa muntah, ia tidak berkewajipan melakukan qadha puasa. Barangsiapa muntah dengan sengaja, hendaklah ia melakukan qadha puasa.” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainya. Hadits ini diperselisihkan oleh ulama tentang kesahihannya)

➡Pendapat kedua, muntah dengan sengaja tidak membatalkan puasa selama tidak ada dari muntahan tersebut yang ditelan kembali secara sengaja. Adapun jika ada dari muntahan itu yang ditelan kembali secara sengaja, ini ertinya ia telah memakan sesuatu yang membatalkan puasa. Ini pendapat Ibnu Mas’ud, ‘Ikrimah, Rabi’ah ar-Ra’yi dan ulama lainnya.

🔹Adapun muntah dengan tidak sengaja, tidak membatalkan puasa tanpa diragukan lagi.

2⃣: Berbekam
🔹Terjadi perbezaan pendapat di kalangan ulama apakah berbekam membatalkan puasa atau tidak:

➡Pendapat pertama, orang yang membekam dan yang dibekam keduanya batal puasanya. Berdasarkan dalil:

📕“Orang yang membekam dan orang yang dibekam batal puasanya.” (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah. Disahihkan oleh al-Albani dan al-Wadi’i)

🔹Yang menjadi illat (sebab) sehingga berbekam dianggap sebagai pembatal puasa diperselisihkan oleh ulama:
▫Sebahagian berpendapat berbekam sebagai pembatal puasa adalah kerana perkara ibadah mahdhah (ibadah murni), iaitu semata-mata merupakan ketentuan ibadah yang tidak diketahui illatnya (sebabnya). Jadi orang yang membekam pun tetap batal puasanya meskipun menggunakan alat khusus tanpa bantuan mulut dalam menyedut darah kotor dari tubuh pesakit.
▫Ibnu Taimiyah dan Ibnu Utsaimin berpendapat ini bukan perkara ibadah mahdhah, melainkan perkara yang diketahui illatnya. Sebab batalnya puasa orang dibekam adalah kerana darahnya telah disedut yang mengakibat badannya lemah. Adapun illat batalnya puasa orang yang membekam adalah kerana biasanya ia menyedut darah bekam dengan mulutnya melalui tabung bekam sehingga darah itu boleh jadi tertelan tanpa disedari. (Akan bersambung pendapat kedua)

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 II مجموعة طريق السلف II 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (11)

Bab 8 : Pembatal-Pembatal Puasa

🔘 Rincian Pembatal Puasa Dari Jenis Jima’
🔹Jima’ adalah tindakan memasukkan hasyafah (kepala zakar) ke dalam qubul (kemaluan) wanita, baik berakhir dengan terjadinya ejakulasi (memancarkan air mani) mahupun tidak.

🔹Jima’ di sini meliputi jima’ yang halal dengan isteri atau budak (hamba) wanita yang dimiliki mahupun jima’ yang haram dengan zina -wal ‘iyadzu billah-. Para ulama juga menyatakan bahawa memasukkan hasyafah ke dubur termasuk dalam cakupan makna jima’.

🔹Ulama berbeza pandangan dalam hal kedudukan puasa bagi orang yang menyengaja untuk ejakulasi dengan cara onani, mencium, memeluk atau sejenisnya.

1⃣: Pendapat empat imam mazhab yang disebutkan oleh penulis (as-Sa’di) bahawa hal itu haram dan membatalkan puasa. Pendapat ini dipilih al-Imam Ibnu Taimiyah, al-Lajnah ad-Da’imah yang diketuai Ibnu Baz, dan Ibnu Utsaimin. Dalilnya adalah penyamaan dengan jima’ secara qiyas berdasarkan hadits qudsi bahawa Allah telah menyatakan tentang orang yang berpuasa:

📕“Ia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya kerana Aku.” (Muttafaq ‘alaih)

2⃣: Pendapat al-Imam Ibnu Hazm bahawa hal itu tidak membatalkan puasa. Pendapat ini dipilih oleh al-Imam ash-Shan’ani dan al-Albani. Alasannya tidak ada dalil yang menunjukkan batalnya puasa dengan sebab itu. Adapun dalil qiyas yang disebutkan tidak boleh diterima kerana terdapat perbezaan antara keduanya. Perbezaannya adalah kerana jima’ tanpa disertai ejakulasi tetap membatalkan puasa. Ertinya, illat (sebab) batalnya puasa adalah jima’ itu sendiri, bukan ejakulasi.

✅ Tampaknya, pendapat pertama lebih kuat.

➡Onani
🔹Definisi onani menurut para ulama adalah upaya mengeluarkan mani dengan cara apa pun (selain jima’), baik menggunakan tangan mahupun lainnya.
🔹Menurut pendapat yang rajih (terkuat), ejakulasi dengan onani sendiri membatalkan puasa, sebagaimana telah dibahaskan.

➡Mencium isteri atau hamba wanita yang dimiliki, memeluk atau sejenisnya
🔹Perkara ini adalah sesuatu yang halal ketika seseorang tidak berpuasa. Adapun hukum melakukannya ketika berpuasa, terjadi perbezaan pendapat di antara ulama.
🔹Pendapat terkuat adalah yang mengatakan hal itu boleh sebagai rukhsah (keringanan) dari Allah bagi hamba-hambaNya. Hanya saja, disarankan agar tidak dilakukan oleh orang yang tidak mampu mengekang syahwatnya kerana dikhawatirkan terdorong melakukan jima’.

📕Aisyah berkata, “Rasulullah pernah mencium (isterinya) dalam keadaan baginda sedang berpuasa dan memeluk (isterinya) dalam keadaan baginda sedang berpuasa. Akan tetapi, baginda adalah orang yang paling mampu menguasai syahwatnya di antara kalian.” (Muttafaq ‘alaih)

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 II مجموعة طريق السلف II 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (10)

Bab 8 : Pembatal-Pembatal Puasa

🔹Hal-hal yang tidak termasuk dalam kategori makan dan minum yang membatalkan puasa:

1⃣: Menelan ludah dan air liur. Ludah dan air liur diproduksi di mulut sehingga menelannya tidak mungkin dihindari. Pendapat ini dipilih al-Imam Ibnu Utsaimin.

2⃣: Menelan debu jalanan. Hal ini tidak mungkin dihindari. Lihat kitab al-Mughni 4/354.

3⃣: Merasai makanan/minuman tanpa menelannya. Hal ini makruh hukumnya bagi yang tidak berkepentingan untuk melakukannya. Adapun yang berkepentingan, tidak mengapa melakukannya, seperti seorang yang sedang memasak atau yang hendak membeli satu jenis makanan/minuman.

📕Ibnu Abbas berkata, “Tidak mengapa bagi orang yang berpuasa untuk merasai madu, mentega dan semisalnya, lalu memuntahkannya.” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan al-Baihaqi. Al-Albani menghasankannya)

4⃣: Menggunakan siwak. Al-Imam Ibnu Taimiyah berkata pada kitab Majmu’ al-Fatawa, “Bersiwak (ketika berpuasa) diperbolehkan tanpa ada perbezaan pendapat. Akan tetapi mereka berbeza pendapat mengenai makruh atau tidaknya bersiwak setelah waktu zawal (bergesernya matahari ke ufuk barat). Ada dua pendapat yang masyhur, keduanya merupakan riwayat dari al-Imam Ahmad. Akan tetapi tidak ada dalil dalam syariat yang menunjukkan makruhnya bersiwak ketika puasa setelah waktu zawal…” Pendapat ini dipilih oleh al-Imam Ibnul Qoyyim, al-Albani dan Ibnu Utsaimin.

5⃣: Menggunakan pasta (ubat) gigi. Al-Imam Ibnu Baz dalam Fatawa Muhimmah Tata’allaq bish-Shiyam berkata, “Membersihkan dengan berus yang menggunakan pasta (ubat) gigi tidak membatalkan puasa, sebagaimana halnya menggunakan siwak…”

6⃣: Mandi bagi orang yang berpuasa diperbolehkan dan tidak membatalkan puasa disertai kehati-hatian agar tidak menelan air mandi melalui mulut dan hidung. Ini adalah pendapat jumhur ulama yang dipilih oleh al-Imam Ibnu Taimiyah, asy-Syaukani, al-Lajnah ad-Da’imah dan Ibnu Utsaimin.

📕“(Demi Allah), sungguh aku telah melihat Rasulullah di ‘Arj menyiramkan air di atas kepalanya kerana kehausan atau tersengat panas matahari.” (HR Malik dan Abu Dawud, dishahihkan oleh al-Albani dalam Tahqiq al-Misykat)

7⃣: Memakai celak mata yang rasanya sampai ke kerongkong hingga tertelan. Hal ini tidak mengapa dan tidak membatalkan puasa. Sebab mata bukan organ yang dianggap sebagai saluran masuknya makanan dan minuman (mulut dan hidung).

8⃣: Memakai ubat mata dan ubat telinga yang rasanya sampai ke kerongkong hingga tertelan. Hal ini tidak mengapa dan tidak membatalkan puasa. Sebab mata dan telinga bukan organ yang dianggap sebagai saluran masuknya makanan dan minuman (mulut dan hidung).

9⃣: Penggunaan minyak yang disapukan di kulit atau rambut tidak mengapa dan tidak membatalkan puasa. Hal ini adalah sesuatu yang umum dilakukan oleh kaum muslimin di masa Rasulullah.

10⃣ : Bau-bauan berupa wewangian dan selainnya yang hanya mengeluarkan bau, tidak mengeluarkan zat yang terlihat yang akan terhirup dan tertelan. Sifat seperti ini tidak membatalkan puasa. Ini difatwakan oleh al-Imam Ibnu Taimiyah, al-Lajnah ad-Da’imah dan Ibnu Utsaimin.

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 II مجموعة طريق السلف II 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (9)

Bab 8 : Pembatal-Pembatal Puasa

6⃣: Menelan sesuatu yang masuk melalui hidung.
🔹Menelan sesuatu yang masuk melalui hidung membatalkan puasa, kerana hidung merupakan salah satu saluran masuk ke kerongkong menuju perut, yang dianggap memiliki kedudukan yang sama dengan mulut.

📕“Dan bersungguh-sungguhlah (berlebihanlah) engkau dalam istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung ketika wudhu), kecuali engkau dalam keadaan berpuasa.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani dan al-Wadi’i)

🔹Hadits ini menunjukkan perbuatan berlebihan dalam istinsyaq ketika puasa ditegaskan oleh Nabi kerana ianya boleh menyebabkan batalnya puasa. Ulama seperti al-Imam Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin berpendapat berlebihan dalam hal istinsyaq dan berkumur-kumur bagi yang berpuasa hukumnya makruh. (Majmu’ al-Fatawa Ibni Baz 15/261, Asy Syarh al-Mumti’ 6/379 dan 407)

🔹Menelan titisan as-Sa’uth yang masuk ke kerongkong juga termasuk dalam hal ini. As-Sa’uth adalah ubat yang dititiskan melalui hidung (gurah). Barangsiapa melakukan gurah lalu merasakan titisan as-Sa’uth itu masuk ke kerongkongnya dan ia pun menelannya dengan sengaja, puasanya batal. Ini adalah pendapat al-Imam Malik, al-Imam Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin.

🔹Menghirup asap wangi pedupaan (bakhour) termasuk dalam hal ini. Asap wangi pedupaan adalah sesuatu yang terlihat zatnya (terwujud). Oleh kerana itu, akan membatalkan puasa jika dihirup kerana sama dengan menelan suatu zat hingga masuk ke perut. Yang tidak dibenarkan adalah menghirupnya dengan sengaja. Ini difatwakan oleh al-Imam Ibnu Utsaimin dan al-Lajnah ad-Da’imah yang diketuai Ibnu Baz.

7⃣: Mendapatkan suntikan ketika puasa.
🔹Suntikan memasukkan suatu zat melalui jarum suntik ke otot atau urat. Hal ini terbahagi menjadi dua jenis:
➡Ada yang bersifat sebagai sumber zat-zat makanan dan minuman bergizi serta penguat bagi tubuh, iaitu suntikan infus (cairan makanan). Suntikan ini membatalkan puasa kerana memiliki fungsi dan kedudukan yang sama dengan makan dan minum.
➡Ada pula yang bersifat suntikan biasa yang tidak bersifat sebagai nutrisi tubuh yang menguatkannya, iaitu suntikan ubat atau vitamin. Suntikan ini tidak membatalkan puasa. Inilah yang difatwakan oleh al-Imam al-Albani, Ibnu Baz, al-Lajnah ad-Da’imah dan Ibnu Utsaimin.

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 II مجموعة طريق السلف II 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

HILANG SATU SUMBER RIZKIMU, MASIH BANYAK SUMBER YANG LAIN

Al Imam  Ibnul Qayyim Al Jauziyyah rahimahullahu ta'ala berkata:

Curahkanlah segenap pikiranmu untuk merenungkan apa saja yang diperintahkan Allah kepadamu. Dan janganlah menyibukkan pikiranmu dengan rizki yang sudah dijamin untukmu. Karena rizki dan ajal adalah dua hal yang sudah terjamin, selama masih ada sisa ajal maka rizki pasti datang.

Jika Allah -dengan kebijaksanaanNya-berkehendak menutup salah satu jalan rizkimu, Dia -dengan rahmatNya- pasti membukakann jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.

Perhatikanlah keadaan janin, makanan datang kepadanya berupa darah dari satu jalan, yaitu pusar. Lalu ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan rizki itu, Allah bukakan baginya dua jalan rizki yang lain (yaitu dua puting  ibunya).
Dan Allah mengalirkan untuknya pada dua jalan itu berupa rizki yang lebih baik dan lebih lezat dari rizki yang pertama, yaitu rizki berupa susu murni yang lezat.

Lalu ketika masa menyusui sudah selesai dan terputus dua jalan rizki tadi dengan cara penyapihan, Allah membuka empat jalan rizki lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua jenis makanan dan dua jenis minuman. Dua makanan dari jenis hewani dan nabati ,juga dua jenis minuman yakni dari air dan susu beserta segala manfaat dan kelezatan yang ditambahkan kepadanya.

Lalu ketika dia meninggal dunia, terputuslah empat jalan rizki tadi.Namun Allah subhanahu membuka baginya delapan jalan rizki -jika dia termasuk hamba yang beruntung- , berupa pintu-pintu surga yang berjumlah delapan yang dia boleh memasuki surga itu dari mana saja dia kehendaki.

Dan begitulah Allah subhanahu, Dia tidak menghalangi hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Dia memberikan sesuatu yang lebih utama dan lebih bermanfaat baginya.Dan itu tidak diberikan kepada selain orang mukmin, karenanya Dia menghalanginya dari bagian yang rendahan dan murah, dan Dia tidak rela hal tersebut untuknya,dengan tujuan untuk memberinya bagian yang mulia dan berharga.

Al Fawaaid karya Ibnul Qayyim hal. 57

Abu Mas'ud Jarot عفا الله عنه

ﻗﺎﻝ الإمام  ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ الجوزية ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :

“ ﻓﺮِّﻍ ﺧﺎﻃﺮﻙ ﻟﻠﻬﻢ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻣﺮﺕ ﺑِﻪِ، ﻭَﻟَﺎ ﺗﺸﻐﻠﻪ ﺑِﻤَﺎ ﺿﻤﻦ ﻟَﻚ، ﻓَﺈِﻥ ﺍﻟﺮﺯﻕ ﻭَﺍﻟْﺄَﺟَﻞ ﻗﺮﻳﻨﺎﻥ ﻣﻀﻤﻮﻧﺎﻥ، ﻓَﻤَﺎ ﺩَﺍﻡَ ﺍﻟْﺄَﺟَﻞ ﺑَﺎﻗِﻴﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﺮﺯﻕ ﺁﺗِﻴَﺎ،ﻭَﺇِﺫﺍ ﺳﺪ ﻋَﻠَﻴْﻚ ﺑِﺤِﻜْﻤَﺘِﻪِ ﻃَﺮِﻳﻘﺎ ﻣﻦ ﻃﺮﻗﻪ، ﻓﺘﺢ ﻟَﻚ ﺑﺮﺣﻤﺘﻪ ﻃَﺮِﻳﻘﺎ ﺃَﻧْﻔَﻊ ﻟَﻚ ﻣِﻨْﻪُ،ﻓﺘﺄﻣّﻞ ﺣَﺎﻝ ﺍﻟْﺠَﻨِﻴﻦ ﻳَﺄْﺗِﻴﻪِ ﻏﺬﺍﺅﻩ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﺪَّﻡ ﻣﻦ ﻃَﺮِﻳﻖ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓ، ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﺴُّﺮَّﺓ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺧﺮﺝ ﻣﻦ ﺑﻄﻦ ﺍﻟْﺄُﻡ، ﻭﺍﻧﻘﻄﻌﺖ ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳﻖ، ﻓﺘﺢ ﻟَﻪُ ﻃَﺮِﻳﻘﻴﻦ ﺍﺛْﻨَﻴْﻦِ، ﻭﺃﺟﺮﻯ ﻟَﻪُ ﻓﻴﻬﻤَﺎ ﺭﺯﻗﺎ ﺃﻃﻴﺐ ﻭﺃﻟﺬ ﻣﻦ ﺍﻷﻭﻝ: ﻟَﺒَﻨًﺎ ﺧَﺎﻟِﺼﺎ ﺳﺎﺋﻐﺎ،ﻓَﺈِﺫﺍ ﺗﻤﺖ ﻣُﺪَّﺓ ﺍﻟﺮَّﺿَﺎﻉ، ﻭﺍﻧﻘﻄﻌﺖ ﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺎﻥ ﺑﺎﻟﻔﻄﺎﻡ، ﻓﺘﺢ ﻃﺮﻗﺎً ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔ ﺃﻛﻤﻞ ﻣِﻨْﻬَﺎ، ﻃﻌﺎﻣﺎﻥ ﻭﺷﺮﺍﺑﺎﻥ، ﻓﺎﻟﻄﻌﺎﻣﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﻟْﺤَﻴَﻮَﺍﻥ ﻭﺍﻟﻨﺒﺎﺕ، ﻭﺍﻟﺸﺮﺍﺑﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﻟْﻤِﻴَﺎﻩ ﻭﺍﻷﻟﺒﺎﻥ ﻭَﻣَﺎ ﻳُﻀَﺎﻑ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻤَﺎ ﻣﻦ ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﻓِﻊ ﻭﺍﻟﻤﻼﺫ.ﻓَﺈِﺫﺍ ﻣَﺎﺕَ ﺍﻧْﻘَﻄَﻌﺖ ﻋَﻨﻪُ ﻫَﺬِﻩ ﺍﻟﻄّﺮﻕ ﺍﻟْﺄَﺭْﺑَﻌَﺔ، ﻟﻜﻨﻪ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻓﺘﺢ ﻟَﻪُ ﺇِﻥ ﻛَﺎﻥَ ﺳﻌﻴﺪﺍ ﻃﺮﻗﺎ ﺛَﻤَﺎﻧِﻴَﺔ، ﻭَﻫِﻲ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏ ﺍﻟْﺠﻨَّﺔ ﺍﻟﺜَّﻤَﺎﻧِﻴﺔ ﻳﺪْﺧﻞ ﻣﻦ ﺃَﻳﻬَﺎ ﺷَﺎﺀَ، ﻓَﻬَﻜَﺬَﺍ ﺍﻟﺮﺏ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻟَﺎ ﻳﻤْﻨَﻊ ﻋَﺒﺪﻩ ﺍﻟْﻤُﺆﻣﻦ ﺷَﻴْﺌﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻭﻳﺆﺗﻴﻪ ﺃﻓﻀﻞ ﻣِﻨْﻪُ ﻭﺃﻧﻔﻊﻟَﻪُ،ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﺫَﻟِﻚ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟْﻤُﺆﻣﻦ، ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻳﻤﻨﻌﻪُ ﺍﻟْﺤَﻆ ﺍﻟْﺄَﺩْﻧَﻰ ﺍﻟﺨﺴﻴﺲ، ﻭَﻟَﺎ ﻳﺮﺿﻰ ﻟَﻪُ ﺑِﻪِ، ﻟﻴﻌﻄﻴَﻪ ﺍﻟْﺤَﻆ ﺍﻟْﺄَﻋْﻠَﻰ ﺍﻟﻨﻔﻴﺲ .ﺍﻟﻔﻮﺍﺋﺪ ﻻﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ ﺹ57

🌾🌾🌾 Forum Salafy Surabaya 🌾🌾🌾
via Salafy Solo

Diarsipkan oleh @happyislamcom | t.me/happyislamcom

Rabu, 17 Mei 2017

Hati Lagi Berbunga-Bunga

Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimussholihat ^^

Pokoknyaa hari ini sedang berbunga-bunga ngelebihi kayak jatuh cinta #eaakk

Senyum sendiri-sendiri sampe terharu ahh maa syaa Alloh

Padahal hijroh itu uda lamaa bangettt, tapi baru kali ini ngerasai rasanya berbunga-bunga, seneng ahh alhamdulillah

Alhamdulillah, diantara beratus-ratus juta atau bahkan miyaran atau triliiun ummat Nya, Alloh kasih hidayah untukku, hidayah Salafy.
Diumur segini *ehm walau gak muda lagi* aku sudah tau walau gak banyak tapi setidaknya tau kalo mau beli kitab beli yang penulisnya siapa, uda tau ulama mana yang harus diambil ilmunya, ndak asal comot sana comot sini yang penting baik. Alhamdulillah

Ndak bermudah-mudah terhadap sesuatu yang ndak jelas, sudah tau harus merujuk kemana jika ingin tau sesuatu ahh Maa Syaa Alloh
Gak ada yang lebih indah dari ini semuaa !!

Alloh, istiqomahkan aku di atas al-haq, berada diatas Sunnah Rasulullah.
Aamiinn yaa Rabb ^^

Senin, 15 Mei 2017

Terimakasih Emak

Bismillah

Tempo hari aku cerita sama adekku tentang ehmm NIKAH *Nyengir

Terus disampaikan sama siadek ke mamak, taulah adekku itu embernya ampunnn.
Curhat sama dia itu kayak curhat pake toak, seluruh dunia tau hiks

Terus pas aku chattingan sama temen, aku nyeplos "aduh gimana rasanya umur 35 belum nikah"
Terus simamak denger langsung ngomong "perempuan apa laki-laki"
Aku jawab "perempuan mak"
Terus simamak ngomong lagi "susah kalo perempuan nikah terlalu tua, jadi kau kapan ? Umur berapa targetmu ? 25 ? Kalau 25 berarti setahun lagi" *si emak nanya tapi dijawab sendiri ckckck*

Aku bilang "ya pengennya si secepatnya gak usah nunggu 25 juga, ya tapi gimana yaa, yaa yaa udalah yaa"

Terus simamak ngomong "ya kalau mau nikah ya nikah lah, yang penting yang ada kerjanya"
Terus aku sahutin "mak kalo nikah sama ikhwan salafy itu pasti mereka tanggung jawab, karena mereka mengerti bagaimana cara menjadi suami yang diajarkan Rasulullah"
Terus aku sambung lagi "pernah kok ada kajian, laki-laki tanya ke ustadz "ustadz saya sudah nadzhor seorang akhowat, tapi saya belum kerja" terus ustadznya jawab "kok berani kali nadzhor akhowat tapi belum ada pekerjaan ? Bekerja dulu walaupun hanya membeli daun ubi dipasar induk lalu dijual lagi dipasar-pasar kecil" begitulah mak para ustadz salaf dalam menasehati ikhwannya

Terus mamak diam agak lama kemudian nyahut
"Ya gapapalah mau salafy atau sama siapa yang penting tanggungjawab"

Ahihihi *ketawa puas dalem hati*

Makasihh emakk

Jazaakillahu khoyron muaacchhh

Sebuah Kisah

Dulu ada seorang laki-laki melamar seorang gadis. Tetapi lamarannya ditolak. Si gadis mengatakan hanya ingin menikah dengan seorang laki-laki yang berilmu.

Lalu laki-laki tersebut berjanji akan mencari ilmu (belajar). Dan laki-laki tersebut memenuhi janjinya. Dia belajar, belajar dan belajar. Laki-laki ini disibukkan dengan ilmu hingga dia terkenal karena kealimannya (keilmuannya).

Dan saat ditanya perihal wanita yang pernah menolak lamaran nya. Laki-laki ini mengatakan bahwa dia telah melupakan nya. 

Awalnya niat laki-laki ini mencari ilmu hanya untuk bisa diterima oleh wanita yang menolak lamarannya namun lama-lama dia tau tentang ilmu ikhlas. Dengan dia banyak belajar, dia juga menemukan ilmu ikhlas. Bagaimana agar seseorang bisa ikhlas atas apa yang luput darinya. 

(Kisah dipaparkan oleh ustadz Muhammad bin Umar Assewed حفظه الله)

Sabtu, 13 Mei 2017

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (8)

Bab 8 : Pembatal-Pembatal Puasa

💎 Al-Imam as-Sa’di berkata, “Barangsiapa berbuka (batal puasa) dengan makan, minum, muntah secara sengaja, berbekam, atau mengeluarkan mani kerana memeluk isteri, kewajipannya hanyalah melakukan qadha puasa (tanpa kafarat). Akan tetapi orang yang berbuka dengan jima’ wajib melakukan qadha puasa dan membebaskan budak (hamba) (sebagai kafarat). Jika tidak mendapatkan hamba, ia wajib (menebusnya) dengan berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika ia tidak mampu, maka ia wajib (menebusnya) dengan memberi makan enam puluh orang fakir miskin. Nabi bersabda, “Barangsiapa lupa selagi ia berpuasa, lalu ia makan dan minum, hendaklah ia menyempurnakan (melanjutkan) puasanya, kerana sesungguhnya Allah semata-mata memberi makan dan minum kepadanya (tanpa membatalkan puasa)” (Muttafaq ‘alaih).”

🔘 Ketentuan Batalnya Puasa Bagi Pelaku Pembatal-Pembatal Puasa
🔹Puasa batal dengan salah satu dari pembatal-pembatal puasa dengan syarat-syarat berikut:

1⃣: Melakukannya dengan sengaja.

📖 “Tidak ada dosa bagi kalian atas apa yang kalian tersalah padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disegaja oleh kalbu (hati) kalian…” (Al-Ahzab: 5)

2⃣: Melakukannya dengan sedar (ingat atau tidak lupa).

📕“Barangsiapa lupa (tidak sedar) selagi ia berpuasa, lalu ia makan atau minum, hendaklah menyempurnakan (melanjutkan) puasanya…” (Muttafaq ‘alaih)

3⃣: Melakukannya dengan mengetahui (mempunyai ilmu) hukum perkara itu sebagai pembatal puasa dan mengetahui keadaan.

📕Asma’ bintu Abi Bakr berkata, “Kami pernah berbuka pada masa hidup Nabi di hari yang mendung, kemudian matahari kembali muncul.” (HR Bukhari)

✅ Tidak dinukilkan bahawa Nabi menyatakan puasa mereka batal. Hal itu disebabkan ketidaktahuan mereka akan keadaan matahari yang belum terbenam kerana terhalang mendung.

🔘 Jenis-Jenis Pembatal Puasa
🔹Ada beberapa jenis pembatal puasa, sebahagiannya disepakati dan sebahagiannya diperselisihkan. Pembatal-pembatal puasa yang disepakati oleh para ulama adalah makan, minum dan berhubungan suami isteri (jima’).

📖 “Maka dari itu, sekarang campurilah mereka (isteri-isteri kalian) dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kalian, serta makan minumlah hingga jelas bagi kalian benang putih (terangnya siang) dan benang hitam (gelapnya malam), iaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (Al-Baqarah: 187)

🔘 Rincian Pembatal Puasa Dari Jenis Makan & Minum

1⃣: Menelan sisa-sisa makanan di mulut ketika puasa.
🔹Ibnu Mundzir mengatakan ijma’ ulama bahawa sisa makanan di mulut yang kadarnya sedikit sehingga sulit untuk dikeluarkan dan sulit dihindari agar tidak tertelan, tidak membatalkan puasa jika tertelan.
🔹Jumhur ulama berpendapat bahawa sisa makanan di mulut yang kadarnya banyak dan masih dapat dihindari agar tidak tertelan dengan cara meludahkannya, wajib diludahkan. Jika sengaja menelannya, hal itu membatalkan puasa. (Al-Mughni 4/360)

2⃣: Menelan rasa makanan yang tersisa di mulut ketika puasa.
🔹Al-Imam Ibnu Utsaimin menyatakan bahawa rasa makanan yang tersisa di mulut wajib diludahkan dan tidak boleh ditelan. (Asy-Syarh al-Mumti’ 6/428)

3⃣: Menelan rasa yang tersisa setelah bersiwak atau memberus gigi dengan ubat gigi ketika puasa.
🔹Al-Imam Ibnu Utsaimin berpendapat ianya wajib diludahkan, dan boleh membatalkan puasa jika ditelan dengan sengaja. (Majmu’ ar-Rasa’il 19/352-354)

4⃣: Menelan darah (yang bersumber dari rongga mulut atau hidung) ketika puasa.
🔹Al-Imam Ibnu Qudamah dan Ibnu Utsaimin menegaskan supaya dikeluarkan dan tidak boleh menelannya. Jika dia menelannya, puasanya batal. (Al-Mughni 4/355 & Asy-Syarh al-Mumti’ 6/429)

5⃣: Menelan dahak (kahak) ketika puasa.
🔹Jika kahak turun ke kerongkong tanpa melalui mulut dan tertelan, hal ini tidak membatalkan puasa meskipun terasa ketika tertelan, sebab kahak tersebut tidak sempat masuk ke rongga mulut.
🔹Jika kahak tersebut mengalir turun dan masuk ke rongga mulut orang yang berpuasa, pendapat yang benar adalah tidak boleh ditelan dan harus diludahkan, jika ditelan membatalkan puasa. Ini adalah pendapat Asy-Syafi’i dan salah satu riwayat dari Ahmad.

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 II مجموعة طريق السلف II 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf