♥●•٠·˙ Khayrunnisa' Ash-shalihah ˙·٠•●♥...

,,,^_^,,, Selamat menikmati ,,,^_^,,,

Jumat, 16 Juni 2017

HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN ZAKAT FITRAH

Dahulu orang orang membayar zakat fitrah mereka dengan bahan makan, di indonesia umumnya beras, namun sangat disayangkan makin kesini orang-orang membayar zakat fitrahnya dengan uang yang nilainya di cocokkan dengan harga beras.

Kalaulah Rasulullaah membolehkan hal ini, tentu akan kita temui penjelasan beliau 'alaihi sholatu wassalam dalam hadits-hadistnya, sebab di zaman beliau sudah ada mata uang.

Rasulullaah besabda:

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – زَكَاةَ الْفِطْر
ِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ ، وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى ، وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ، وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ“

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitri berupa satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menunaikan zakat ini sebelum orang-orang berangkat menunaikan shalat ‘ied.”

(HR. Bukhari 1503)

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata:

كُنَّا نُعْطِيهَا فِي زَمَن
ِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ ،أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ“

Dahulu di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kami menunaikan zakat fitri berupa 1 sho’ bahan makanan, 1 sho’ kurma, 1 sho’ gandum atau 1 sho’ kismis.”

(HR. Bukhari 1437 dan Muslim 985)ٍ

“Atau 1 sho’ keju.” (Dlm riwayat lain dari Bukhari dan Muslim 985)

Jadi zakat fitrah tidak dapat diuangkan menurut dalil dalil yang ada. Menguangkannya sama saja halnya kita telah membuat perkara baru dalam agama ini, dan menyebabkan tertolaknya amalan !

HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN ZAKAT FITRAH

Apakah boleh mengeluarkan zakat fitrah dalam bentuk uang?

Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah berkata:
"Tidak boleh mengeluarkan dalam bentuk uang yang senilai zakat fitrah menurut pendapat kebanyakan ulama, karena menyelisihi apa yang ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiallahu'anhum"

Al-Fatawa 14/32.

Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah berkata:
"Mengeluarkan dalam bentuk uang itu tidak sah, karena zakat itu diwajibkan dalam bentuk makanan"

Al-Fatawa 18/265.

Sumber : Majmu'ah Al-Barakah Maa Akaabirikum

Semoga Allohh mudahkan kita untuk memahami agama ini, dan beramal sesuai dengan yang telah Rasulullaah contohkan.

Aamiin

Allaahu a'lam

Kamis, 15 Juni 2017

Tetaplah Terbang Sejauh Yang Alloh Mau.

Bismillah

Ku kenal dia awal kuliah, butuh waktu beberapa minggu kuliah sampai akhirnya kami ketemu secara nyata. Hari itu aku lupa hari apa yang ku ingat hanya tahunnya, 2011.

Dengan setelan kemeja, celana jins yang tidak begitu ketat, jilbab tipis dan kacamata, dia berjalan kearahku yang sedang menunggu didepan gedung ekonomi salah satu Universitas Swasta di Medan.

"Nisa ya ??" sapanya begitu ramah.
"Iya" jawabku waktu itu.
"Aih nis kenapa baru sekarang si ketemunya" sapanya sangat ramah dan ceria.

Namanya asti (bukan nama sebenarnya), dia sangat ramah, ceria dan selalu semangat. Itu yang aku tangkap dari pertama kali aku mengobrol dengannya.

Asti memang seorang gadis yang supel, mudah bergaul. Itu bisa dibuktikan dari banyaknya temen yang selalu berada di sampingnya baik itu perempuan maupun laki-laki.

Setelah pertemuan itu tidak ada yang signifikan terjadi. Karena kami beda kelas, jarang ketemu dikampus. Alasan yang paling dominan aku tidak begitu tertarik dengannya. Kala itu adalah akhir 2010 aku mengenal kata hidayah, 2011 aku masuk kuliah, harapan-harapan untuk menemukan temen yang akhowat sangat besar. Untuk itulah aku tidak begitu ingin dekat asti karena emang dia bukan akhowat, gaya berpakaiannya juga terkesan seperti laki-laki, kemeja, celana jins. Tapi kalau ketemu, asti selalu menyapa dengan ramahnya.

Terlebih pada saat itu asti aktif di organisasi IMM, organisasi internal kampus. Itu yang lebih-lebih membuat aku males untuk ngedeketi karena emang juga aku gak respek dengan organisasi itu. Organisasi islam dengan latar belakang Muhammadiyah tapi didalamnya aduh. Perempuan laki-laki saling deket-deketan, gitar-gitaran. Itu yang buat aku juga males deketi asti.

Belakangan aku tau bahwa asti tidak di IMM lagi dan ke HTI. Waktu itu kami satu kelas. Asti banyak bertanya tentang HTI menurut ku, aku hanya jawab semampu yang aku bisa. Dan lagi-lagi aku tidak respek juga untuk menarik asti keluar dari organisasi itu. Karena pada saat itu aku sudah menjelaskan sedikit "keganjalan" HT tapi ternyata asti malah bertahan disana bahkan asti pernah minjem gamisku untuk acara dauroh HT dan asti bermain gitar disana. Dalam hati aku cuma ngucap "kajian islam apa itu" tapi tidak melarangnya.

Waktu berjalan begitu cepat. Antara aku dan asti hanya sekedar temen saling tau wajah dan nama saja, tidak lebih dari itu. Pembahasan kami juga tidak jauh hanya seputaran tugas-tugas kuliah.
Akhirnya asti lulus kuliah duluan ketimbang nisa. Asti deket dengan sahabat nisa yang bernama rara (bukan nama sebenarnya). Pada waktu itu ada acara tasyakuran wisuda dirumah asti dan nisa diajak rara buat kesana. Itulah pertama kali nisa kerumah asti.

Kedua kalinya nisa kerumah asti ketika itu barengan lagi dengan rara. Kita bertiga kumpul dirumah asti, dikamar asti lebih tepatnya. Kamar yang lumayan besar, tempat tidurnya empuk, kamar mandinya ada didalam kamar dan yang paling penting kamar itu berAC. Benar-benar kamar yang nyaman !! Dikamar itu ada 1 buah televisi yang mana setiap tivi itu hidup selalu dimatikan sama rara. Dan disana ada 1 buah gitar berdiri kokoh. Ternyata nisa ketahui asti memang sangat mencintai gitar itu. Mungkin mau jadi musisi ya !!

Beberapa tahun terlewati setelah hari itu, antara aku dan asti tidak pernah lagi bertemu. Hanya aplikasi bbm yang menghubungkan kita.
Hari itu, asti tiba-tiba ngechat nisa bertanya tentang "Salafy". Asti tanya semuanya, dia bilang ingin belajar agama yang bener. Disitu rasanya nisa senang banget. Begitulah hidayah Alloh, hanya Dia yang bisa menentukan siapa saja yang bisa menerima hidayah itu.
Sebisa mungkin nisa pandu asti untuk mempelajari al-haq, dari mulai nisa suruh pake telegram dan joint di channel-channel salafy. Dari situ kita semakin dekat dan intens komunikasinya.

Sampai suatu hari asti tanya "bagaimana hukum minum obat dari orang yang seperti dukun?" asti cerita itu obat untuknya. Aku yang penasaran menanyakan "asti sakit apa ?"
Asti awalnya bilang "bukan penyakit menular nis, hanya saja ketika itu kambuh sangat mengerikan, asti bisa kejang-kejang dan satu rumah bakal dibuat repot banget karenanya"
Nisa semakin penasaran dan menanyakan kembali "sakit apa"
Asti akhirnya mengatakan "nisa tau epilepsi ? Kalau belum nisa searching aja"
Aku pun mencari tau apa itu epilepsi dan deg. Seperti disambar petir disiang yang sangat cerah. Berulang-ulang aku tanya apakah itu benar ? Beneran ? Gak bohong ? Karena sulit sekali mempercayainya.
Asti yang aku kenal sangat ceria, ramah, mudah bergaul, energik, semangat, ternyata memiliki riwayat penyakit tersebut.
Berulang-ulang aku tanya kepada asti mengenai penyakitnya dan dia selalu jawab "benar, asti memang punya penyakit itu"

Berulang-ulang nisa menanyakan apakah ini benar, tidak bercanda kan. Karena seketika nisa langsung ingat keceriaan-keceriaan yang disebabkan oleh asti, sangat susah dipercaya.
Nisa tanya "apakah semua teman-teman tau ?" asti jawab "tidak nisa, hanya beberapa orang saja yang tau, sekitar 5 orang saja yang tau temen-temen asti".
Nisa tanya pernah kambuh gak ? Asti jawab beberapa waktu lalu ketika asti dan keluarga liburan, dia kambuh dan akhirnya asti hanya berdiam dikamar.

Terus nisa tanya "itu minum obat ? Banyak obatnya ?"
Asti jawab "iya ada obatnya. Obatnya cuma satu nis tapi harus diminum rutin karena setelah 2 tahun meminum obat itu dosis akan berkurang, tapi kalau sehari saja asti gak minum obat itu. Asti harus ngulang dari awal lagi untuk mencapai waktu 2 tahun. Makanya asti selalu marah ngeliat orang yang baru sakit demam atau pusing saja sudah buat status 'banyaknya ini obat' atau 'capek kali minum obat ini'. Mereka gak ngerasai jadi asti yang harus menelan pil itu setiap hari tanpa boleh bolong sedikit pun"
Ya Alloh. Disitu nisa belajar lagi arti kata bersyukur, ikhlas dan jangan mengeluh. Dan disitu nisa tau asti ternyata sekuat itu !!

Perkataan yang selalu nisa ingat kala itu adalah "epilepsi itu penyakit yang bahkan untuk disembuhkan juga gak mungkin, belum ada yang sembuh. Maka dari itu asti takut, dalam keadaan diri tidak mengenal islam secara sempurna, tiba-tiba kematian itu datang. Apa yang harus asti pertanggungjawabkan disana kelak ? Sementara umur selalu berjalan kearah sana kan nis ? Asti mau belajar agama islam yang benar, sebenar-benarnya islam".

Dan ternyata ucapan terakhirnya itu bukan hanya kalimat semata. Asti sangat bersemangat. Setelah hari mengejutkan itu. Asti sangat rajin belajar. Dia mulai membeli buku-buku sunnah dari penerbit terpercaya dan mulai mematikan tivinya dan tidak pernah ia hidupkan lagi bahkan sampai sekarang. Gitar yang dulu adalah barang kesayangannya sekarang jangankan memainkannya, melihatnya saja dia sudah ingin membuangnya. Mengenai foto-foto yang menghiasi dinding rumah nya pun sudah membuat ia risih dan ingin sekali menurunkannya dan menyimpannya digudang atau membakarnya, namun tidak semudah itu karena keluarga asti adalah orang-orang yang awwam. Perlu waktu yang banyak untuk menjelaskannya.

"Duh deg deg an ni hari jum'at perdana kekampus pakai gamis" itulah pesan WA nya waktu itu. Oia asti ini melanjutkan studynya sekarang sepertinya sudah semester-semester akhir.

Nisa tetap memberikan semangat dan tips-tips agar tidak malu pakai gamis salah satunya nisa bilang aja pakai yang warna warni dulu jangan langsung yang hitam-hitam karena ini kan perdana, nanti setelah mata mereka terbiasa dengan asti yang bergamis, mereka tidak akan begitu peduli lagi mengenai warna apa yang asti kenakan. Memakai gamis juga penuh perjuangan bagi asti, cibiran dan perkataan keras dari keluarga juga ia dapatkan. Jalan menuju Jannah itu tidak mudah kan ?? Maka tetaplah semangat dan berpegang teguh.

Waktu itu hari minggu dibulan April, akhirnya kita ketemu setelah beberapa tahun tidak ketemu. Kita bertemu di Taman-taman syurga, yaa Majelis taklim adalah taman-taman syurga. Itu hari pertama nisa ketemu asti dengan "wajah" yang baru. Kalau dulu dengan celana jins nya, sekarang sudah dengan gamis dan jilbab lebarnya. Maa syaa Alloh.

Setelah taklim itu, asti semakin bersemangat dalam menuntut ilmu bahkan ia bilang bahwa ingin memanjangkan jilbabnya lagi agar mudah dipakai untuk sholat tanpa mukena. Jalan menuntut ilmu juga tidak berjalan mulus. Asti sempat dilarang orang tuanya untuknya taklim dan papanya mengancam kalau ia tetap taklim papanya akan mengobrak-abrik tempat taklim tersebut. Takutlah asti karena ia sangat tau tipikal papanya. Akhirnya dia bilang ke nisa untuk sementara tidak bisa taklim lagi. Qadarullah taklim emang diberhentikan dibulan selanjutnya karena memasuki bulan Romadhon. Dan nisa katakan asti punya waktu sekian bulan untuk mengambil hati orang tuanya. Kita selalu berdoa agar selalu dimudahkan jalannya untuk menuntut ilmu.

"Nis, asti malu kali lah kalau keluar rumah itu kelihatan wajah, serasa kayak orang telanjang nis, gak nyaman. Karena selama asti memakai gamis ini semua orang kayak ngelihatin asti. Asti ngerasa malu memperlihatkan wajah ini". Deg kata-kata ini berhasil menampar dan mencabik hatiku seketika. Bayangkan saja. Nisa yang sudah lama memakai setelan gamis jilbab panjang belum berani sekuat itu dalam berpikir. Tapi asti, yang baru beberapa bulan saja sudah berani ingin mengambil keputusan untuk menutup wajahnya.

Beberapa belakangan ini asti selalu curhat bahwa ia ingin segera bercadar, terserah mau bagaimana tanggapan orang tua dan keluarganya. Asti sudah tidak tahan untuk menjalankan kewajiban yang satu ini. Dan lagi-lagi nisa cuma bisa cemburu beserta malu karena tidak punya kekuatan sebesar ini untuk hal yang satu ini.
Setelah ngobrol dengan mamanya, meluluhlah hati mama dan mengizinkan asti bercadar tapi ketika taklim saja dan mama nya juga setuju kalau asti berhenti kuliah saja. Tapi itu hanya keputusan dari mamanya, belum ke papa.

Terakhir asti cerita ke nisa bahwa ia sangat sedih, pengen nangis, teriak karena asti ngerasa kok keluarganya begitu banget sama dia. Setelah nisa tanya kenapa ternyata jawabannya adalah papanya tidak setuju kalau asti memakai cadar. Papa bilang kalau mau memakainya setelah menikah saja.
Nisa bilang "bagus donk, itu berarti orang tua sudah setuju kalau suatu saat asti bercadar walau setelah menikah"
Tapi jawaban asti lagi-lagi menohok sampai ke ulu hati.

"Kalau waktunya gak sampai gimana nis "? Katanya
Nisa hanya jawab " Alloh Maha Tahu bahkan lebih dari kita, kok bisa ngomong gitu ?"
Asti jawab "asti ngerasa waktu semakin dekat, asti takut tidak sampai waktu untuk menjalankan perintah itu"
Nisa gemetar membaca kata-kata itu. Bukan hanya waktu bagi asti, waktu untuk nisa juga hanya Alloh yang tahu kan. Juga waktu untuk kita semua.
"Asti ngerasa sangat tertekan bahkan didalam rumah asti sendiri, tidak pernah asti ngerasa setertekan ini sebelumnya nisa".
Nisa hanya bisa jawab "tidaklah dikatakan beriman sebelum kita diuji".

Na'am. Tidaklah kita dikatakan beriman sebelum kita diuji. Ujian setiap orang berbeda-beda. Tapi satu hal yang harus asti tahu bahwa semua muslimah yang akan mulai hijroh dengan kondisi orang tua dan lingkungan awwam pun akan mengalami hal yang sama dengan apa yang asti dapatkan saat ini. Bahkan banyak yang lebih parah dari kita, ada yang baju-bajunya dibakar bahkan sampai diusir dari rumah dan tidak dianggap anak lagi.

Contoh terbesar bagi kita yang sedang hijroh dan diuji dengan ujian-ujiannya adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam dan para Sahabatnya. merekalah orang-orang dengan ujian terdahsyatnya yang kisahnya sangat melekat dihati kita. Tidakkah kisah mereka mampu mengembalikan semangat kita untuk terus hijrah dan berda diatas al-haq ??

Ukhti asti yang nisa sayangi karena Alloh.
Jujur saja, sekarang nisa sangat menyayangi anti karena kita berada dizona yang sama. Salafiyyah.
Selalu ada do'a untuk anti, semua yang terbaik untuk anti semoga selalu bersama.
Nisa nasehatkan kepada asti jangan mudah sedih karena kalau kita sedih, futur akan segera menyambar dengan begitu cepatnya.
Tetaplah bersabar dan ikhlas atas apa yang terjadi dan yang akan terjadi.
Bersabarlah sedikit lagi dalam menghadapi orang tua dan lingkungan anti. Bersabarlah sedikit lagi. Alloh akan selalu mudahkan HambaNya yang taat. Bukankah anti pernah bilang "tidak mungkin asti sekuat ini kalau bukan kekuatan dari Alloh".
Jangan pernah memikirkan hal-hal yang akan membuat asti sedih, seperti kemarin asti memikirkan perkara jodoh. Asti takut kalau jodoh asti nanti bakal kecewa mendapati asti yang punya penyakit istimewa ini. Jangan pernah risau untuk hal-hal yang sudah ditetapkan Alloh. Jodoh sudah ketentuan Alloh. Jangan terlalu ambil pusing yang penting asti tetap belajar untuk menjadi sebaik-baik perhiasan.

Nisa selalu ingat mengenai hadist ini :

Diriwayatkan oleh ‘atha’ bin Abi Rabah, dia berkata: “Telah berkata kepadaku Abdullah bin Abbas: “maukah engkau aku perlihat seorang wanita penghuni surga?” maka aku berkata : “tentu!”. Kemudian ‘Abdullah berkata: “Wanita hitam dia pernah mendatangi Rasulullahshalallahu ‘alaihi wasallam lalu ia berkata: “ aku kena penyakit ‘usro’u (ayan/epilepsy), jikalau penyakitku kambuh auratku tersingkap. Maka do’akanlah kepada Allah agar sembuh penyakitku”. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: “jikalau aku do’akan kepada Allah, pasti kamu akan sembuh. Akan tetapi jikalau kamu sabar maka bagimu surga”. Maka wanita hitam itu berkata: “Ashbiru (aku akan sabar), akan tetapi do’akan kepada Allah agar tiap kali kambuh penyakitku, auratku tidak tersingkap”. Maka Nabi pun mendo’akannya sehingga tiap kali kambuh, Allah Ta’ala menjaga auratnya.

Bukan kah asti pernah mengatakan setiap membaca hadist itu berasa lagi ngobrol sama Rasulullah kan ?

Tetap belajar dan tetaplah menjadi sosok yang nisa kenal diawal perkenalan kita, ceria, ramah, semangat.

Ukhti asti, tetaplah terbang sejauh yang Alloh mau sampai Alloh menentukan kehidupan kita selanjutnya.

Nisa uhibbukifillah ya asti.

Khayrunnisa' ash-shalihah, 19 Juni 2017

Rabu, 14 Juni 2017

Winda Ummu Abdillah Sahabatku

Bismillah.

Haiiii, kali ini mau nulis tentang sahabat lagiiii (kebanyakan nulis tentang sahabat sii nis, nulis tentang suami kapan ??) ahh elaa. Galau deh guee.

Aku kenal dia awal-awal masuk kuliah yaitu tahun 2011. Sebenarnya kenalnya pas belum masuk kuliah. Kenalnya di facebook, sama-sama mahasiswi baru jadi kepo nyoret-nyoret wall fanpage UMSU hihi jadi deh kenalan.

Sama seperti riri, sama-sama kenal di fb hanya bedanya kalau riri sekelas sama nisa, kalau winda beda kelas. Nisa kelas E, Winda kelas A.

Nisa lebih tau Winda duluan. Karena pada saat itu di fb Winda ada foto-fotonya jadi nisa bisa ngenali tapi Winda gak bisa ngenali Nisa hihihi karena gak ada fotonya pada saat itu.

Pertama kali jumpa Winda di kamar mandi Mesjid UMSU. Inget bangett pake baju Ospek, kemeja putih rok hitam plus kacamata hitam. Nisa pas liat senyum aja, gak pede nyapanya.

Singkat cerita setelah berminggu-minggu kuliah baru bisa ketemu itupun janjian. Pokoknya awal ketemu di depan gedung ekonomi deket sekret IMM (pada saat itu winda rajin di IMM, mau jadi anggota kalik yah win).

Winda ini orangnya ramah, rame, ceria. Setiap ketemu dikampus pasti nyapa "nisaa" kalau manggil pasti "nis menurut nisa cemana bla bla bla" (aslii ini aku ngetiknya berasa kedengeran suaranya hihi maa syaa Alloh kangen deh nisa)

Lupa semester berapa kita pernah sekelas, kebetulan ngambil mata pelajaran keatas dengan dosen yang sama. Disitulah nisa tau winda ikut ngaji di Hitzbut Tahrir Indonesia (HTI).
Pernah beberapa kali tanya "gimana menurut nisa tentang HTI ?"
Nisa jawab "winda masuk HT ?" terus nisa cuma jabarin point-point standart lah tentang HT yang nisa ketahui. Setelah itu emang gak terlalu mencampuri kali urusan winda untuk menentukan mau menuntut ilmu agama dimana.

Pernah winda pinjem gamis nisa warna hitam untuk acara di dauroh HTI. Dari situ nisa pikir ya winda emang uda mantap di HT.

Winda juga deket sama riri, pernah beberapa kali nisa, riri dan winda ngumpul dikamar winda mindahin file, (file apa nis ?? Ada dehh ahh kwkkwk masa lalu) btw, aslii ini nisa kangen. Kenapa dulu kita ngumpulnya gak di pondok denai itu. Sama-sama nuntut ilmu hmmm.

Winda lulus sama seperti riri 2015 bulan April sedang nisa lulus 2015 bulan Oktober.

Cukup lama 'berpisah' akhirnya 2017 bulan Maret atau Februari yaa. Tiba-tiba winda ngebbm nisa tanya macem-macem. Tentang Salafy !! Dari situ hidayah muncul. Maa syaa Alloh.

Winda ini memang gadis cerdas, semua detail ditanya. Sampai kedasar !!
Salafy itu apa, HTI itu gimana, Mu'tazilah apa nis, IM apa lagi itu, dan banyak lagi pertanyaannya yang membuat nisa juga belajar lagi setiap kali winda bertanya.

"Winda itu dengeri Ust. khalid, Ust. Syafiq, Ustadz-ustadz Rodja lah. Terus winda baca soal hukum gambar. Jelaslah hukum gambar itu Haram dan winda bingung kenapa para ustadz yang winda dengeri ceramahnya mereka juga selfi. Logika nya aja gambar yang dimaksudkan dilukis ya kan. Nah, dilukis kan itu mirip ya sama manusia, apalagi ini foto, lebih mirip lagi, kayak asli !! Itu kan sama-sama haram, disitu winda mikir ini kok begini. Winda tanya ke riri "riri dengeri rodja yah ?" riri jawab "enggak". Winda tanya nisa "nisa suka denger ustadz khalid" nisa juga jawab "enggak" disini winda makin bingung". Kurang lebih beginilah daya analisis winda dalam menganalisis sesuatu.

Ternyata dari analisis-analisis cerdasnya Alloh memberikan winda hidayah, Alhamdulillah.

Winda bilang mau hijroh, ternyata selama ini hanya tersibukkan dengan dunia, dunia dan dunia.

Sama seperti akhowat lainnya yang berasal dari keluarga awwam. Winda juga mengalami tekanan dari keluarga. Dari mama papa nya dan dari orang sekitarnya. Tapi dengan kekuatan dari Alloh winda mampu bertahan sampai sekarang ini.

April 2017 di minggu kedua, itulah pertemuan pertama setelah beberapa tahun gak ketemu. Di Mesjid Raya Brayan. Kalau dulu ngelihat pertama kali dengan kerudung saringan tahu (baca : jilbab paris hihi tipis beud itu) sekarang sudah pakai kerudung menutup dada dan tebal. Dengan gamis hitam kerudung biru dongker dan dengan kacamata hitamnya. Itulah pertama kali nisa ketemu winda dengan "wajah" yang baru.

Semangat menuntut ilmu nya sangat luar biasa. Nisa kadang ngerasa iri dan selalu termotivasi. Begitulah cara Alloh memupuk keimanan seseorang. Disaat nisa lagi futur, Alloh selalu kasih seseorang yang sangat bersemangat, bahkan semangatnya bisa menembus relung hati nisa sehingga nisa juga bisa semangat.
Maa syaa Alloh.

Jazaakillahu khoyron ukhti winda ummu abdillah. Tetap semangat menuntut ilmu, gigit sunnah ini dengan gigi geraham kita walau teramat berat dan sakit. Yakinlah ini yang terbaik dari Alloh.
Semoga kita selalu istiqomah dan akan berkumpul di Jannahnya Alloh.

Khayrunnisa' Ash-shalihah. Jum'at, 16 juni 2017.

Minggu, 04 Juni 2017

NASEHAT BAGI YANG INGIN MENIKAH (Kamu Yang Ingin Nikah, Jangan Asal-Asal Pilih Atau Langsung Terima)

Al Ustadz Luqman Baabduh hafidzohulloh

1. Bertaqwa Kepada Alloh
Meniatkan bahwa menikah yang ia lakukan adalah ibadah kepada Alloh, salah satu amalan sholih, na'am. Kemudian bagi yang meniatkan itu untuk menjaga kehormatannya.

2. Hendaknya Dia Bermusyawarah
Hendaknya dia bermusyawarah dengan orang-orang yang mungkin untuk diajak musyawarah didalam memilih calon atau bakal istri dan sebaliknya seorang perempuan.
Seorang wanita yang akan menikah hendaknya dia juga bermusyawarah, bertanya tentang calon suaminya, kalau ia seorang yang shalih bermanhaj sunnah, berakhlak dengan akhlak yang mulia maka hal ini mesti dikedepankan, didahulukan, diutamakan dibandingkan dengan seseorang yang tidak berakhlak dengan akhlak sunnah, tidak bermanhaj dengan manhaj sunnah. Barokallahu fiikum.
Berhati-hatilah didalam memilih bakal suami, bakal istri.

Kalu Nabi 'alaissholaatu wassalam mengingatkan kita dan memerintahkan kita untuk memilih kawan dan teman yang baik, baik aqidahnya, baik manhajnya, baik akhlaqnya, baik ibadahnya, lebih-lebih  bakal istri atau bakal suami yang mana nantinya istri anda bakal menjadi ibu dari anak-anak anda sebaliknya bakal suami akan menjadi ayah dari anak-anak anda, akan membimbing rumah tangga. Barokallahu fiikum

Dan tidak kalah pentingnya kepada semua yang akan menikah, na'am. . . hendaknya Thalabul Ilmi, belajar ilmu islam, bagaimana membina sebuah rumah tangga, bagaimana mendidik istri, apa hak-hak istri dan apa kewajiban seorang suami terhadap istrinya, sebaliknya kalau ia seorang wanita belajar tentang kewajiban yang Alloh wajibkan terhadap istri untuk suaminya, untuk rumah tangganya, belajar akidah, belajar tauhid, belajar ibadah na'am Barokallahu fiikum ini yang bisa ana sampaikan.

Dan ketika memulai nadzhor atau taaruf lakukan semua dengan sunnah dan cara yang syar'i. Beberapa kali terjadi ketika akan proses taaruf seorang ikhwan atau seorang pria ingin meminang seorang perempuan, terjadi taaruf melalui surat, telepon dan yang semisalnya. Tinggalkan yang seperti itu !

Taaruf dilakukan seperlunya.
Pertama taaruf itu dilakukan melalui kedua orang tua, datang dengan penuh hormat. Barokallahu fiikum.

Kemudian menanyakan kalau dia ingin meminang putri seseorang, tanyakan kepada orang yang kenal bagaimana dia, bagaimana akhlaknya, bagaimana ibadahnya, manhajnya bagaimana, seorang ahli sunnah atau dia senang kepada bid'ah dan hizbiyyah.

Begitu juga bakal istri atau calon istri. Dia menanyakan, taaruf yang baik melalui orang ketiga yang menghubungkan dari orang-orang yang amanah, dari orang-orang yang bisa memegang amanah. Jangan kemudian kita main langsung taaruf antara pria ini dengan wanita tersebut. Nauzhubillah
Berapa banyak terjadi fitnah dipermainkan oleh syaithan.

Itu yang bisa ana sampaikan sebagai nasehat. Barokallahu fiikum.

Pacaran Sebelum Menikah Apa Untungnya ?

Alhamdulillah...Taklim Ustadz Hamzah Jember Sebelum Buka Bersama, Setelah Itu Mampir Ketempat Ummahat Sambil Menunggu Aba²nya Pulang Sholat Tarawih.

Sesama Ummahat Saling Berbagi Cerita Masalalu, Bukan Hendak Mengumbar Aib, tapi Banyak Pelajaran Yg Bisa Diambil Dari Cerita Ini.

Obrolan Sampai Pada Cerita Tentang Pacaran,(Maklum Dulu Kami Orang Awam yg Masih Jahil)

Semua Sepakat Tentang Apa Untungnya Pacaran Sebelum Menikah

Semua Hanya Pembodohan Dan Banyak Merugikan, Kalau Dulu Belum Tau Pacaran Itu Dosa. Yang Kami Tau, Hati Berbunga-bunga Karna Dimabuk Asmara, Padahal Sejatinya...Itu Hanya Tipuan Syahwat Semata, Yang Patut Di Akui. Cinta Bukan Pada Tempatnya, Banyak Menguras Waktu..Fikiran...Dan Dompet Tentunya ( Karna Harus Beli Pulsa Buat Nelpon Dan SMS) Agar Rindu Dan Cemburu yg Tidak Halal Itu Mudah Terlampiaskan...(Astaghfirullah..)

Dan Yg Lebih Parahnya Lagi, Kalau Putus Atau Ada Masalah Hati Menjadi Galau. Disitulah Kami Sepakat Bahwa Pacaran Sebelum Menikah Adalah Suatu Kebodohan...#MasyaaAlloh

Itulah Pentingnya Kita Mempelajari Ilmu Dien Dengan Baik Dan Benar. Agar Terangkat Suatu Kebodohan Dan Mampu Menghindari Maksiat.

Barakallahu fiik

#copasstatusummahat

Sabtu, 03 Juni 2017

Tenanglah, Jangan Terburu-buru

Saat meminta dalam doa, al 'ajalah juga tercela. Kurang bisa bersabar dalam menanti wujud nyata dari harapan-harapan yang kita panjatkan kepada Alloh. Rasa-rasanya kita ingin setiap doa yang terucap, saat itu juga segera dikabulkan oleh Alloh. Apakah memang demikian ? Bisa saja sikap al 'ajalah dalam berdoa justru mengubahnya menjadi tidak mustajab.

Bukhari (6340) dan Muslim (2735) menyebutkan sebuah riwayat dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahuanhu. Terkait hal ini, rupanya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wassalam sangat besar perhatiannya. Beliau bersabda :

"Doa yang kalian panjatkan akan dikabulkan, selama tidak bersikap al 'ajalah. Ia menyatakan 'Aku sudah berdoa namun belum juga dikabulkan"

Buruknya al 'ajalah !! Bahkan doa pun bisa berubah menjadi tidak mustajab. Ia merasa telah meminta, berharap, dan berdoa. Bahkan ia menilai sudah cukup lama dan cukup sering meminta. Berkuranglah kepercayaannya kepada Alloh. Tipislah harapan dia akan doa. Sampai-sampai terucap dilisan "kenapa tidak kunjung terwujud doaku ?"

Nah, justru itulah sebabnya. Barangkali al 'ajalah telah menghambat kekuatan doanya. Mestinya ia bersabar penuh keyakinan. Harusnya ia percaya bahwa Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan. Kenapa ia malah mempertanyakan ??.

Ustadz Abu Nashim Mukhtar Hafizhahulloh dalam Majalah Qudwah Edisi 24 Vol  03 2014, hlm. 18