Bismillah,
Udah lama gak nulis, uda lama juga mau nulis ini tapi gak ada waktu, baru ada waktu ini *sok sibuk*
Pernah gak si kita sebagai manusia membandingkan hidup kita dengan orang lain ? Pasti pernah lah yaa kan, apalagi dijaman yang sekarang ini, semua hal di post, di share di media sosial, kita semua bebas ngelihatnya, kita langsung tahu "oh si fulanah jalan-jalan" "oh si fulanah sudah menikah, suaminya dokter" dan banyak lainnya yang membuat kita jadi berandai-andai dan membandingkan kehidupan kita dengan orang lain, bahkan tak jarang sampai "mengutuk" hidup kenapa hidup dia enak sedang aku tidak ?? Astaghfirulah.
Padahal benarlah perkataan salah satu sahabat saya, dia mengatakan "jangan pernah membandingkan kesusahan kita dengan orang lain yang berada diatas kita" ya itu benar, dengan kita membandingkan sesuatu diatas kita membuat kita menjadi lupa bersyukur dan menjadi orang-orang yang kufur nikmat, ya Alloh maaf ya Alloh.
Padahal kalau ingin membandingkan hidup, maka coba kita lihat orang yang berada dibawah kita.
Ketika kita mengeluh "kamar ku gak secantik kamar fulanah" lihatlah orang diluar sana jangankan punya kamar, bahkan mereka setiap hari harus berpikir "dimana aku tidur malam ini"
Lalu ketika melihat orang lain liburan dengan keluarga kesuatu tempat, dengan ayahnya, ibunya, keluarga besarnya, kita langsung mengeluh "kenapa Alloh gak kasih rezeki untuk ayahku agar bisa liburan bareng"
Lihatlah orang diluar sana, adik-adik kecil yang hidup dipanti, dijalanan, jangankan memikirkan untuk liburan, bahkan mereka tidak tahu harus kepada siapa mereka memanggil "ayah"
Terkadang saya sendiri juga suka lupa bersyukur. Hidup jauh dari orang tua membuat saya terkadang egois apalagi jika ayah atau mamak tidak menelpon, pasti saya langsung mikirnya mereka gak ingat saya, padahal apabila kita bisa sedikit saja memberi udzur "mereka sibuk bekerja, mereka tidak ada pulsa, kenapa bukan saya yang menelpon dan tanya kabar ?" begitu banyak seharusnya udzur tapi keegoisan hati ini mengikis habis semua itu.
Lihatnya anak-anak disekitarmu, mereka bahkan diusia nya yang masih kecil 2-4tahun, mereka sudah harus menyaksikan kisah hidup yang teramat pilu, hidup harus berpisah dari ayah karena mungkin ayahnya meninggal atau ayahnya merantau atau ayahnya terjerat kasus hukum,
Duhaii, harusnya dari situ saja saya bisa bersyukur, masa kecil saya indah, tidak pernah lepas dari pengawasan ayah dan mamak saya, mereka selalu ada bahkan sampai detik ini.
Sekarang saya mulai menata hati untuk tidak pernah iri dengan hidup orang lain, karena saya mulai memahami, setiap kita, setiap jiwa, setiap diri memiliki ujiannya masing-masing. . .
Bersyukurlah duhaii diri. . .
NRangkuti, 02 April 2017, 23.07 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar