Kutatap Pekatnya malam ini dalam dalam, tak terasa air mata membasahi pipiku, terisakku dalam kesepian malam ini, yaa teringat satu wajah, satu wajah yang sangat kurindu, Satu wajah yang kukenal 14 tahun lalu,
Satu sosok berwajah teduh, bertanggung jawab, penyayang dan lembut hatinya
satu sosok wajah yang belum mampu ku lupakan hingga detik ini,
Air mata semakin Deras mengalir membasahi pipiku, sesak didada jika teringat peristiwa 14 tahun yang lalu
"Dek, aku sangat menyayangimu, sangat sangat menyayangimu, Tapi aku takut Allah murka sama kita dek atas apa yang kita jalani saat ini " tuturnya dengan lembut
aku hanya mampu tertunduk mendengar ucapannya
ya, kami pacaran sudah memasuki usia 1 tahun, dan Allah mengirimkan ustadz Shadiq untuk memberi tahu kami bahwa apa yang kami lakukan adalah salah :(
"Dek, abang ingin sekali menghalalkan hubungan ini, sangat ingin, tapi kamu tau dek ?? abang belum kerja, kita berdua juga masih sama sama kuliah, lagian apa bapakmu memberi restu dek ?? begitu juga dengan bapakku de"
dia mengusap air mata yang jatuh di pipiku
"Dek, kenapa kamu diam saja ??"
aku mengusap air mataku, sesak rasanya, tak mampu berkata apa apa lagi
"Bang, begitu juga dengan ku, akupun begitu sama seperti mu, rasa ini terlalu besar untuk mu bang, aku pun tak mau kehilanganmu, tapi kita sudah dewasa, kita sudah mendengar mana yang baik dan mana yang buruk, aku pun sangat takut kepadaNya bang, aku takut dengan KemurkaanNya"
sejenak kami diam, mengatur semua gejolak kesedihan yang timbull
"Dek, abang sudah putuskan untuk pindah merantau ke kota Surabaya, abang akan cari kerja disana dek, karena abang dengar disana ada lowongan kerjaan, abang akan cari uang, untuk melamarmu dek, dan abang akan kembali saat kamu udah tamat kuliah"
Aku hanya mampu melihat matanya lekat lekat, benarkah yang diucapkan nya ?? benarkah dia akan pergi meninggalkan ku sejauh ini ??
ya Allah, rasanya aku tak sanggup,
kucoba menengankan diri,
"Dek, abang harap adek bisa mengerti dengan keputusan ini, ini untuk kebahagiaan kita dek,"
Dia Memelukku erat erat, yaa, pelukan terakhir di saksikan air mata kepedihan ini
Malam itu, di temani indahnya bintang bintang dalam pekatnya malam, aku melepasnya kesurabaya
Hari hari kujalani seperti biasa, ya tanpa dia, tanpa komunikasi, kita lose contact langsung
Tak terasa 2 tahun berlalu tanpa kabar atau apapun dari nya, tapii jujur aku tak mampu melupakannya,hanya doa yang bisa ku hadirkan untuk menunjukkan kekangenanku padanya, kutitip dia kepadaNya, semoga dia Selalu dalam LindunganNya
Hari itu, dan detik itu, detik yang tak bisa ku lupakan sampai kapanpun dalam hidupku, dan detik itu yang selalu membuat air mataku pecah bila mengingatnya.
Satu sosok berwajah teduh, bertanggung jawab, penyayang dan lembut hatinya
satu sosok wajah yang belum mampu ku lupakan hingga detik ini,
Air mata semakin Deras mengalir membasahi pipiku, sesak didada jika teringat peristiwa 14 tahun yang lalu
"Dek, aku sangat menyayangimu, sangat sangat menyayangimu, Tapi aku takut Allah murka sama kita dek atas apa yang kita jalani saat ini " tuturnya dengan lembut
aku hanya mampu tertunduk mendengar ucapannya
ya, kami pacaran sudah memasuki usia 1 tahun, dan Allah mengirimkan ustadz Shadiq untuk memberi tahu kami bahwa apa yang kami lakukan adalah salah :(
"Dek, abang ingin sekali menghalalkan hubungan ini, sangat ingin, tapi kamu tau dek ?? abang belum kerja, kita berdua juga masih sama sama kuliah, lagian apa bapakmu memberi restu dek ?? begitu juga dengan bapakku de"
dia mengusap air mata yang jatuh di pipiku
"Dek, kenapa kamu diam saja ??"
aku mengusap air mataku, sesak rasanya, tak mampu berkata apa apa lagi
"Bang, begitu juga dengan ku, akupun begitu sama seperti mu, rasa ini terlalu besar untuk mu bang, aku pun tak mau kehilanganmu, tapi kita sudah dewasa, kita sudah mendengar mana yang baik dan mana yang buruk, aku pun sangat takut kepadaNya bang, aku takut dengan KemurkaanNya"
sejenak kami diam, mengatur semua gejolak kesedihan yang timbull
"Dek, abang sudah putuskan untuk pindah merantau ke kota Surabaya, abang akan cari kerja disana dek, karena abang dengar disana ada lowongan kerjaan, abang akan cari uang, untuk melamarmu dek, dan abang akan kembali saat kamu udah tamat kuliah"
Aku hanya mampu melihat matanya lekat lekat, benarkah yang diucapkan nya ?? benarkah dia akan pergi meninggalkan ku sejauh ini ??
ya Allah, rasanya aku tak sanggup,
kucoba menengankan diri,
"Dek, abang harap adek bisa mengerti dengan keputusan ini, ini untuk kebahagiaan kita dek,"
Dia Memelukku erat erat, yaa, pelukan terakhir di saksikan air mata kepedihan ini
Malam itu, di temani indahnya bintang bintang dalam pekatnya malam, aku melepasnya kesurabaya
Hari hari kujalani seperti biasa, ya tanpa dia, tanpa komunikasi, kita lose contact langsung
Tak terasa 2 tahun berlalu tanpa kabar atau apapun dari nya, tapii jujur aku tak mampu melupakannya,hanya doa yang bisa ku hadirkan untuk menunjukkan kekangenanku padanya, kutitip dia kepadaNya, semoga dia Selalu dalam LindunganNya
Hari itu, dan detik itu, detik yang tak bisa ku lupakan sampai kapanpun dalam hidupku, dan detik itu yang selalu membuat air mataku pecah bila mengingatnya.
Ya,,, Buat Abang : "Barakallahu laka wa baraka 'alaik, wa jama'a bainakuma fi khair"
Abang, semoga abang dan keluarga menjadi keluarga yang sakinah, mawadhah, warahmah
Aku bahagia atas Bahagiamu :'(
Kuputuskan untuk hijrah ikut nenek ke lampung, yaaa memulai hidup baru, menutup lembaran indah namun menyakitkan itu
Dan kini aku lebih aktif di organisasi keislaman di kota ku, yaa jalan dakwah adalah jalan yang kupilih
walau masih terasa sesak bila mengingatnya :'(
Cinta Memang Bukan Milik Kita Bang :'(
Aku yakin dengan Janji Allah, Bahwa Allah akan memberikan Yang Terbaik untuk UmmatNya :')
Nisa, 13 Januari 2012
*cerita ini terinspirasi dari gambar yang dibuat oleh Rusydee Artz | Lukisan Dakwah
maaf. .apkh cerita ini crita khidpan ukhti sndiri?
BalasHapusukhty Indri : hmm, gimana yaaa :D
BalasHapusbukan ukh :') tapiiiiii sedikitt kisah di masa lalu :)
menyentuh hati perasaan sama sperti kisah ini, hanya ALLAH SWT yg akan tau akhirnya
BalasHapus