Kamis, 13 April 2017

3. Aku Takut Ibu

Ikhwahfillah, Barokallahu fiik

Setiap orangtua tentu tidak ingin melihat anaknya sengsara dan menderita. Setiap orangtua pasti tidak mau menyaksikan anaknya menjadi orang jahat dan buruk. Hati orangtua pasti akan remuk redam kala mendengar anaknya ditangkap polisi dan dipenjarakan. Hati orangtua akan hancur berkeping-keping ketika mendengar anaknya terlibat sebuah tindak kejahatan.

Ini adalah celah yang cukup baik !

Misalnya antum dipaksa kuliah. Ceritakan dan gambarkan betapa rusaknya moral dan akhlak "mahasiswa" yang kuliah. Antum bisa mengangkat kasus-kasus kejahatan yang terjadi di lingkungan mahasiswa. Narkoba, pesta miras, pergaulan bebas, pencurian atau lain-lainnya. Antum sampaikan dengan penuh hormat dan permohonan sangat. "Aku takut ibu" aku takut tidak mampu menjaga diri ibu. Aku takut terpengaruh oleh lingkungan buruk semacam itu.

Ataukah ibu tega jika akhirnya nanti ananda akan mengecewakan ibu karena terperosok kedalam lingkungan yang buruk ?

Mereka tidak ingin putrinya diterkam oleh "serigala-serigala" buas.

Sebuah pengalaman nyata, walau ana ceritakan kembali dengan bahasa ana sendiri. Seorang akhowat dipaksa oleh orangtuanya untuk kuliah. Setelah beberapa lama kuliah, akhowat tersebut pulang kerumah dengan menampakkan wajah suntuk di hadapan orangtuanya. Hampir-hampir ia menangis.

Sang ibu kaget dan terkejut. Setelah ditanya, ia menjawab :

"Ibu, ananda tidak ingin meneruskan kuliah lagi. Lingkungan kampus penuh dengan bahaya, apalagi untuk ananda, seorang perempuan.

Beberapa teman telah terseret oleh pergaulan bebas. Banyak diantara mereka telah terseret oleh pergaulan bebas. Banyak diantara mereka yang hamil diluar nikah bahkan melakukan aborsi. Ananda tidak bisa menjamin akan selamat dari lingkungan semacam itu. Ibu tolonglah ananda !"

Alhamdulillah, orangtuanya pun pengertian. Mereka tidak ingin putrinya diterkam oleh "serigala-serigala" buas. Sejak hari itu, sang akhowat pun memperoleh restu untuk mempelajari agama. Thalabul ilmi. Allahu Akbar !!

Duri Kelabu, Ustadz Abu Nashim Mukhtar Hafidzahullah, hlm. 80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar