Jumat, 14 April 2017

4. Bagai Seorang Ratu Di Hadapan pangeran

Ikhwahfillah Barokallahu fiik

Setiap orangtua sangat mendambakan anak-anaknya memiliki unggah-ungguh, tata krama dan sopan santun. Mereka akan berbangga bahkan membanggakan anaknya dihadapan orang lain.

Hati orangtua mana yang tidak akan tersentuh haru karena bahagia saat anaknya berbicara dan bersikap lembut dan penuh hormat.

Bandingkan dengan keadaan kaum muda zaman ini ! Unggah-ungguh, tata krama dan sopan santun sebagai anak telah tergerus oleh lingkungan. Mudah sekali menjumpai seorang anak yang berkata kasar kepada orangtuanya, membentak, memarahi, memukul bahkan membunuh.

Benar bukan ??

Nah, ini pun bisa menjadi celah yang baik untuk memperoleh restu orangtua dalam thalabul ilmi.

Sebuah pengalaman nyata, walau ana ceritakan kembali dengan bahasa ana sendiri.

Seorang kawan, kaum muda juga seperti kita, alhamdulillah mengenal dakwah salaf selagi ia kuliah disebuah kota. Semangat beragamanya sangat tinggi dan menggebu-gebu.

Ketika musim liburan tiba, ia pulang ke kampung halamannya. Muncul konflik dengan orangtuanya ! Kenapa ? Sang anak telah berubah. Orangtuanya tidak bisa menerima jika sang anak menjadi seorang salafy.

Kembali ke kotanya, kawan kita bersedih. Siapa yang tidak akan bersedih jika berkonflik dengan orangtua ? Kawan kita pun konsultasi dan sharing dengan beberapa orang yang ia nilai lebih berilmu dan berpengalaman.

"Begini saja, antum mulai saat ini belajarlah bahasa jawa krama inggil (tingkatan bahasa gaya kraton). Ketika pulang nanti, berbahasalah dengan orangtua antum seolah-olah mereka adalah raja dan ratu diruang paseban" masukan dari seorang yang berilmu.

Sungguh-sungguh juga kawan kita belajar bahasa jawa krama inggil.

Pada kesempatan pulang berikutnya. Kawan kita ini berbicara dan berbahasa dengan orangtuanya dengan bahasa jawa krama inggil. Orangtuanya terkejut ! Heran dan diselipi rasa senang. Apalagi zaman sekarang, banyak anak yang berbicara dengan orangtuanya layaknya ia berbicara dengan teman sebaya.

Ia berbahasa seolah-olah sedang berbicara dihadapan seorang raja dan ratu. Orangtuanya pun bertanya. Kesempatan emas telah tiba.

"Alhamdulillah, setelah belajar agama sedikit-sedikit, ternyata ananda merasa telah banyak berbuat salah kepada bapak ibu.

Selama ini, ananda berbahasa tidak sopan. Dari beberapa kajian salaf, ananda menyadari seharusnya dengan orangtua harus berbahasa dengan baik "

AllahuAkbar ! Sejak hari itu, orangtuanya pun mendukung dan memotivasi anaknya untuk tetap mengikuti kajian-kajian tersebut. Ya, orangtuanya kemudian merestui kawan kita untuk thalabul ilmi.

Ikhwahfillah, coba perhatikan baik-baik perintah Alloh dalam QS. Al-Israa' : 23

"Ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia"

Nah, bagaimana dengan antum selama ini ? Sudahkah antum bersopan santun dan berbahasa yang mulia dengan orangtua antum ? Akrab dengan orangtua memang baik, namun jangan lupa untuk berbahasa dengan bahasa yang mulia. Semoga kiat ini bisa membantu. Barokallahu fiik.

Duri Kelabu, Ustadz Abu Nashim Mukhtar Hafidzahullah, hlm. 82

Tidak ada komentar:

Posting Komentar