Jumat, 19 Mei 2017

SILSILAH FIKIH PUASA LENGKAP Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di (10)

Bab 8 : Pembatal-Pembatal Puasa

🔹Hal-hal yang tidak termasuk dalam kategori makan dan minum yang membatalkan puasa:

1⃣: Menelan ludah dan air liur. Ludah dan air liur diproduksi di mulut sehingga menelannya tidak mungkin dihindari. Pendapat ini dipilih al-Imam Ibnu Utsaimin.

2⃣: Menelan debu jalanan. Hal ini tidak mungkin dihindari. Lihat kitab al-Mughni 4/354.

3⃣: Merasai makanan/minuman tanpa menelannya. Hal ini makruh hukumnya bagi yang tidak berkepentingan untuk melakukannya. Adapun yang berkepentingan, tidak mengapa melakukannya, seperti seorang yang sedang memasak atau yang hendak membeli satu jenis makanan/minuman.

📕Ibnu Abbas berkata, “Tidak mengapa bagi orang yang berpuasa untuk merasai madu, mentega dan semisalnya, lalu memuntahkannya.” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan al-Baihaqi. Al-Albani menghasankannya)

4⃣: Menggunakan siwak. Al-Imam Ibnu Taimiyah berkata pada kitab Majmu’ al-Fatawa, “Bersiwak (ketika berpuasa) diperbolehkan tanpa ada perbezaan pendapat. Akan tetapi mereka berbeza pendapat mengenai makruh atau tidaknya bersiwak setelah waktu zawal (bergesernya matahari ke ufuk barat). Ada dua pendapat yang masyhur, keduanya merupakan riwayat dari al-Imam Ahmad. Akan tetapi tidak ada dalil dalam syariat yang menunjukkan makruhnya bersiwak ketika puasa setelah waktu zawal…” Pendapat ini dipilih oleh al-Imam Ibnul Qoyyim, al-Albani dan Ibnu Utsaimin.

5⃣: Menggunakan pasta (ubat) gigi. Al-Imam Ibnu Baz dalam Fatawa Muhimmah Tata’allaq bish-Shiyam berkata, “Membersihkan dengan berus yang menggunakan pasta (ubat) gigi tidak membatalkan puasa, sebagaimana halnya menggunakan siwak…”

6⃣: Mandi bagi orang yang berpuasa diperbolehkan dan tidak membatalkan puasa disertai kehati-hatian agar tidak menelan air mandi melalui mulut dan hidung. Ini adalah pendapat jumhur ulama yang dipilih oleh al-Imam Ibnu Taimiyah, asy-Syaukani, al-Lajnah ad-Da’imah dan Ibnu Utsaimin.

📕“(Demi Allah), sungguh aku telah melihat Rasulullah di ‘Arj menyiramkan air di atas kepalanya kerana kehausan atau tersengat panas matahari.” (HR Malik dan Abu Dawud, dishahihkan oleh al-Albani dalam Tahqiq al-Misykat)

7⃣: Memakai celak mata yang rasanya sampai ke kerongkong hingga tertelan. Hal ini tidak mengapa dan tidak membatalkan puasa. Sebab mata bukan organ yang dianggap sebagai saluran masuknya makanan dan minuman (mulut dan hidung).

8⃣: Memakai ubat mata dan ubat telinga yang rasanya sampai ke kerongkong hingga tertelan. Hal ini tidak mengapa dan tidak membatalkan puasa. Sebab mata dan telinga bukan organ yang dianggap sebagai saluran masuknya makanan dan minuman (mulut dan hidung).

9⃣: Penggunaan minyak yang disapukan di kulit atau rambut tidak mengapa dan tidak membatalkan puasa. Hal ini adalah sesuatu yang umum dilakukan oleh kaum muslimin di masa Rasulullah.

10⃣ : Bau-bauan berupa wewangian dan selainnya yang hanya mengeluarkan bau, tidak mengeluarkan zat yang terlihat yang akan terhirup dan tertelan. Sifat seperti ini tidak membatalkan puasa. Ini difatwakan oleh al-Imam Ibnu Taimiyah, al-Lajnah ad-Da’imah dan Ibnu Utsaimin.

📂 (Faedah dari Kitab Manhajus Salikin wa Taudhih al-Fiqhi fid-Din -Kitab ash-Shiyam-, karya Al-Imam Abdurrahman as-Sa’di, disyarah al-Ustadz Muhammad as-Sarbini, diterbitkan Oase Media)

Bersambung insyaAllah.

📚 II مجموعة طريق السلف II 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 http://telegram.me/thoriqussalaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar