Kamis, 15 September 2011

Misteri Jodoh: Penantian Puluhan Tahun Seorang Gadis






Shalat Jum’at baru saja usai ditunaikan. Pak Yunus seperti biasa masih berada dalam masjid bersama beberapa bapak yang lain. Tiba-tiba, baru saja selesai berdzikir, Pak Daud menghampiri Pak Yunus: menepuk pundak Pak Yunus lantas berjabat tangan. Ya, Pak Yunus dan Pak Daud sudah berteman sejak lama semenjak dipertemukan dalam satu pengajian.


“Gimana kabarnya Pak?” sapa Pak Daud.

“Alhamdulillah baik. Bapak sendiri gimana?” balas Pak Yunus.

“Alhamdulillah.. (terdiam sebentar). Ngomong-ngomong, masih sendirian aja nih Pak?” Pak Daud melempar pertanyaan gurauan yang selama ini sering diajukannya.

Pak Yunus hanya tersenyum seperti biasanya jika ditanya hal itu.

Semenjak istri Pak Yunus meninggal dunia beberapa tahun lalu, Pak Yunus menjalani hari-harinya tanpa pendamping. Usianya yang sudah kepala 6 pula yang sepertinya menjadi salah satu keputusan untuk tak ingin menikah lagi. Ketiga anaknya yang telah berkeluarga membuat Pak Yunus semakin kesepian. Ya, sebagai seorang laki-laki, terkadang perasaan membutuhkan seorang pendamping di hari tua, juga dialami oleh Pak Yunus.

Banyak teman di sekitar Pak Yunus yang menyarankan untuk menikah lagi, termasuk Pak Daud.

***

1 Syawal 1430 H

“Hei, saudara-saudara, Tasya mau nikah 2011 nanti..”, Mira, menantu Pak Daud, tiba-tiba berteriak di ruang tengah saat kumpul keluarga besar Pak Daud.

Spontan, saudara-saudara yang lain langsung bertanya ke yang bersangkutan, Tasya, anak bungsu Pak Daud.

“Bener Sya?”

“Bener ka Tasya?”

Tasya hanya menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu dengan senyuman, sambil berkata: “Itu hanya rencana pribadi. Belum tau rencana ALLAH nantinya..”

Di sisi lain, Tante Yeni hanya terdiam, dan tersenyum yang cukup dipaksakan. Tante Yeni adalah adik perempuan Pak Daud yang belum juga bersuami di usianya yang menjelang kepala 5.

Tasya menangkap semburat yang tidak mengenakkan ketika melihat wajah tante Yeni. Tasya sadar dan merasakan apa yang tante Yeni rasakan: keponakannya sudah merencanakan akan menikah, sementara dirinya?? Mungkin hal itulah yang ada di pikiran tante Yeni, pikir Tasya.

Tante Yeni memang belum menikah hingga saat ini, yang mungkin seharusnya sudah saatnya mempunyai anak atau bahkan menimang cucu. Tapi, ya itulah jodoh. Tante Yeni bisa dibilang belum menemukan jodohnya hingga saat ini.

Apakah karena masalah kecantikan? Ooohh, tentu tidak! Tante Yeni cukup cantik dengan kulit putihnya. Apakah karena agamanya? Oooohh, jangan salah, tante Yeni adalah wanita yang sangat menjaga qiyamullail. Apakah karena hartanya? Ooohh, tentu saja tante Yeni cukup mandiri untuk menghidupi dirinya walaupun tanpa pekerjaan tetap, yang penting tetap berpenghasilan. Apakah karena keturunannya? Ooohh, tante Yeni adalah keturunan terhormat, dari bapak yang seorang kepala sekolah. Lantas, apa yang membuatnya hingga saat ini belum juga menikah??

Ya, itulah misteri jodoh. Kita tak ‘kan pernah tahu kapan datangnya, dan kita tak kan pernah tahu dengan siapa kita berjodoh. Kita hanya bisa menanti, berusaha, berdoa dan terus memperbaiki diri.

***

Seperti Jum’at biasanya, beberapa bapak masih berdzikir di dalam masjid usai shalat Jum’at, termasuk Pak Yunus dan Pak Daud. Pak Yunus menghampiri Pak Daud yang sedang berada di pojok masjid.

“Assalamu’alaikum, Pak..” sapa Pak Yunus sambil menjabat tangan Pak Daud.

“Wa’alaikumusalam..” jawab Pak Daud hangat.

Pak Yunus menyampaikan maksudnya; ia ingin menikah lagi dan ingin mencoba berkenalan dengan adik perempuan Pak Daud, tante Yeni.

Pak Daud dengan senang hati menerima tawaran itu dan mengabarkan hal ini kepada adiknya, tante Yeni. Tante Yeni pun mengiyakan; hal ini yang tentunya sangat dinantikan tante Yeni.

Pertemuan pertama pun sudah diatur oleh Pak Daud. Pak Daud menemani Pak Yunus untuk berkunjung ke rumah orangtua Pak Daud, yang tak lain dan tak bukan adalah tempat tinggal tante Yeni. Mereka berbincang dan berkenalan lebih dalam.

Pertemuan demi pertemuan dilakukan. Tak ada jalan berdua, selalu ada yang menemani, layaknya ta’aruf pada umumnya. Hanya ada 4 kali pertemuan dan kedua belah pihak keluarga juga menyetujui, termasuk anak-anak Pak Yunus. Akhirnya khitbah pun dilangsungkan.

***

Keluarga besar Pak Daud telah berkumpul sejak pagi di rumah orangtua Pak Daud. Hari ini akan ada pertemuan dua keluarga: keluarga Pak Yunus dan keluarga tante Yeni.

Di sela-sela persiapan khitbah, Tasya menemani tante Yeni di kamarnya dan bermaksud mendapatkan cerita yang menarik dari proses ini. Proses menuju pernikahan seorang gadis berumur 40-an dengan duda berumur 60-an, sungguh kisah yang unik.

“Gimana tante perasaannya?” tanya Tasya to the point.

“Yaaaa, gak nyangka aja. Padahal kamu yang udah ngerencanain nikah, sedangkan tante gak punya rencana apa-apa. Tapi ternyata sekarang tante mau dilamar..”, jawab tante Yeni sumringah.

“Ya, gitu deh kalo udah rencana ALLAH. Aku juga itu baru rencana pribadi. Gak tau deh ke depannya gimana. Mungkin bisa dipercepat atau diperlambat sama ALLAH dari rencanaku” Tasya semakin bijak dalam kata-kata.

“Iya, padahal kan tante udah hampir 50 umurnya. Tapi ternyata emang baru saat ini ALLAH memberikan jodoh itu. Nggak tau kenapa pas sama Pak Yunus, terasa dimudahin banget prosesnya, cuma 4 kali ketemuan. Pas ketemuan 2 kali, dia sms kalo mantap dengan pilihannya. Pas ketemu sama anak-anaknya, tante juga gak merasa takut, biasa aja. Ya, tante mah berdoa aja sama ALLAH, jika memang ini yang terbaik maka dekatkanlah dan mudahkanlah, dan jika memang bukan terbaik untukku, maka jauhkanlah dengan baik-baik. Alhamdulillah, proses itu dimudahkan dan hati tante pun mantap”, cerita panjang tante Yeni begitu membuat Tasya terperangah.

“Semoga lancar ya Tan, ke depannya..” Tasya menguatkan tante Yeni, sambil bersiap menuju ruang keluarga karena sudah banyak yang menunggu.

***

Setelah khitbah, hari itu juga keluarga besar tante Yeni pun berkumpul untuk membicarakan resepsi pernikahan yang sungguh unik ini. Mulai dari membuat undangan, kepanitiaan sampai pembagian tugas. Ya, resepsi pernikahan yang akan dilangsungkan tak jauh beda dengan resepsi pernikahan pasangan muda pada umumnya.

***

Akad nikah yang dilangsungkan beberapa hari setelah Hari Raya Idul Adha begitu khidmat. Undangan para anak yatim piatu turut merasakan kebahagiaan kedua mempelai pada resepsi pernikahan. Dan kini, doa tante Yeni terkabul sudah; menutup masa lajangnya.

***

Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata tanteku. Ya, dalam masa penantian menemukan jodohnya, tak sepatah katapun kudengar dari bibirnya menyalahkan takdir, menyalahkan ALLAH yang seolah tak berpihak padanya. Dalam masa penantian itu, dia sibukkan dirinya dengan ibadah kepada ALLAH dan kegiatan social di lingkungannya. Hingga akhirnya, selama penantian bertahun-tahun, puluhan tahun lamanya, teruji sudah kesabarannya, dan ia pun mendapatkan jodoh yang insya ALLAH terbaik menurut ALLAH.

Itulah misteri jodoh. Kita tak kan pernah tahu kapan jodoh itu datang. Manusia hanya bisa berencana. Namun, ALLAH-lah yang berkehendak atas semuanya. Bisa saja jodoh kita datang menjadi lebih cepat atau bahkan lebih lambat dari rencana kita sebelumnya.

Kita pun tak kan pernah tahu dengan siapa kita berjodoh. Entah itu dengan orang yang sudah dekat dengan kita maupun orang jauh sekalipun yang tak pernah saling bertemu. Atau bahkan kita tak dipertemukan dengan jodoh kita di dunia ini, tapi di surga-NYA nanti. Allahu Akbar!

Saudaraku, yakinlah bahwa ALLAH telah menyiapkan scenario terbaik untuk kita dalam masalah jodoh. Tak perlu khawatir. Karena ALLAH telah berkata dalam Q.S An-Nahl ayat 72:

“Dan Allah telah menjadikan pasangan-pasangan kamu sekalian dari jenismu sendiri, lalu menjadikan anak-anak dan cucu bagi kamu dari jodoh-jodohmu.”

Saudaraku, jangan pernah terbesit sedikit pun bahwa ALLAH tak adil karena sampai saat ini jodoh belum juga menghampiri. Coba introspeksi diri. Gunakan masa penantian jodoh ini dengan terus berikhtiar, berdoa dan terus sibuk memperbaiki diri. Bukankah kita menginginkan jodoh yang baik? Seperti yang dijanjikan-NYA dalam Q.S An-Nuur ayat 26:

“Wanita – wanita yang keji adalah untuk laki – laki yang keji dan laki – laki yang keji adalah untuk wanita yang keji. Dan wanita – wanita yang baik adalah untuk laki – laki yang baik, dan laki – laki yang baik adalah untuk wanita – wanita yang baik (pula).”

Teruntuk tanteku:

“Barakallahu Laka Wa Baraka ‘Alaika Wa Jama’a Bainakuma Fi Khair”
dakwatuna.com -

Rabu, 14 September 2011

Jalan yang Ditempuh Cinta


Tersebutlah seorang gadis
bernama Cinta

Diantara doa
yang sering ia panjatkan
adalah
“ya Alloh..
izinkanlah aku mencintai-Mu
lebih dari cintaku pada
apapun dan siapapun
di alam semesta ini”

Kemudian
Alloh mengujinya
dengan harta yang berkecukupan

Karena sejak kecil
Cinta telah terbiasa hidup susah
sederhana dan bersahaja
maka harta tak mampu membalikkan hatinya
hingga mendurhakai Robbnya
justru dia berupaya
memanfaatkan hartanya
untuk berjihad di jalan Alloh

Kemudian
Alloh mengujinya
dengan amanah kekuasaan

Kali ini
Cinta sedikit tergelincir
pada penyakit-penyakit hati
bernama riya’, ujub, dan takabur
namun berkat hidayah-Nya
alhamdulillah Cinta bisa kembali menata hati
menjalankan amanah-amanahnya
dengan ikhlash lillahita’ala

Kemudian
Alloh mengujinya
dengan seorang anak manusia
yang dicintai dan mencintainya

Kali ini
Cinta sempat tergoda
namun Alloh Yang Maha Bijaksana
mentakdirkan mereka
tak bisa bersama
”tak apa”, desis Cinta
”jika memang ini
jalan yang dipilihkan Alloh untukku
aku akan mentaati-Nya
dengan sepenuh keikhlasan”

Cinta terpekur
merenungi perjalanan hidupnya

Rupa-rupa ujian cinta
telah menerpanya
silih berganti
dalam kehidupan ini

Cinta mengejanya
mencari rahasia hikmah
yang diselipkan Alloh
dalam setiap peristiwa itu

Sejurus kemudian
Cinta tersenyum, lalu menangis

Lantas tertawa,
mentertawakan dirinya sendiri

”ya Alloh..
rupanya begini cara-Mu
mengabulkan doaku”, desis Cinta

”jika Engkau berkehendak
amat mudah bagi-Mu
untuk melimpahiku
dengan kekayaan, kekuasaan,
serta orang-orang yang kucintai”

”namun rupanya
Engkau mengganti itu semua
dengan sesuatu yang lebih baik”

”karena setelah kulewati
semua ujian itu
Engkau hadirkan sebuah rasa
yang indah tiada tara”

”Rasa tunduk, patuh
ikhlash, pasrah
dan berserah hanya kepada-Mu”

”Barangkali telah Engkau
izinkan aku
untuk mencintai-Mu
lebih dari cintaku
pada apapun dan siapapun
di alam semesta ini”

”Alhamdulillah..
terima kasih ya Alloh
aku merasa menjadi perempuan
yang paling bahagia
di dunia ini”

Begitulah..
dan sejak saat itu
Cinta selalu berdoa pada Alloh
agar senantiasa meneguhkan hatinya
dalam arahan dien
dan ketaatan
hanya kepada-Nya

(30 Juli 2008, Pk.21.21 WIB)

Hani Fatma Yuniar

Sajak untuk Mujahidku



Akhirnya
setelah sekian lama
kutulis juga sajak untuk mujahidku

Siapa dia?
lembut dan dermawan laksana Abu Bakar
ataukah tegas dan perhatian bagaikan Umar

Aku tidak tahu
dan belum ingin tahu

Aku sedang asyik
menikmati amanah-amanahku

Telah kubuktikan
bahwa hal termanis di dunia ini
adalah menenggelamkan diri
dalam ibadah dan amanah
sebagai bukti cinta pada Alloh
dengan sepenuh keikhlasan, pengorbanan
dan kepasrahan

Mujahidku
bukan aku tak mencintaimu
apalagi tak mengharapkanmu

Aku hanya sedikit takut

Aku takut tak bisa memenuhi azzamku
untuk senantiasa menginfaqkan hidupku
di jalan Alloh

Sesungguhnya
keinginanku sederhana saja

Aku ingin keluarga kita
sedikit meneladani orang-orang sholih
yang terdahulu

Tak berkurang
cinta dan pengorbanannya pada Alloh
lantaran istri dan anak-anaknya
malahan justru saling menguatkan
bahu-membahu memberikan yang terbaik
untuk Alloh, Rosul-Nya, Islam, dan dakwah

Siapkah kita untuk tak mengeluh
meski sebagian besar ruang dan waktu
harus kita rajut sendiri-sendiri
untuk memenuhi amanah dan takwa kepada-Nya

Meski begitu
tentu aku takkan menelantarkanmu
takkan membiarkanmu sedih, sendiri dan merasa sepi
aku ingin selalu membahagiakanmu
menghapus air matamu
menggenggam tanganmu dan membawamu ke sebuah tempat
yang bisa menghilangkan kesedihanmu untuk selama-lamanya

Mujahidku
inilah diriku
yang hanya ingin mencintai dan mentaatimu
karena Alloh saja

Jika telah kau pikir baik-baik
dan kau putuskan untuk memilihku
maka tak ada alasan bagiku
untuk tidak menerimamu
dengan segala kelebihan dan kekuranganmu

Pena telah diangkat
dan tintanya telah kering
mudah-mudahan Alloh berkenan
untuk senantiasa mentakdirkan keluarga kita
dalam sakinah, mawaddah, wa rohmah
dan berkontribusi banyak untuk dakwah
semoga..

Aamiin..
ya Robbal alamiin..

(11 Agustus 2008, Pk.22.50 WIB)  

Hani Fatma Yuniar

Selasa, 13 September 2011

JIKA AKU MENJADI.....




SEBUAH IKHTIAR MENJADI ONE OF GENERATION MUSLIMAH BERAZZAM KUAT, BERDEDIKASI  UNTUK UMMAT DENGAN SEMANGAT NEVER DIE

BISMILLAH (^_^)

HAMASAH NISA