Minggu, 26 Juni 2011

Hidayah Menghampiri

Panggil saja saya Nisa,, Dulu saya adalah seorang remaja yang tidak tahu banyak tentang Islam. Saya pandai ngaji.. sholat dan puasa bukanlah hal asing di keluarga dan lingkunganku, tapi tidak dengan jilbab/kerudung.
Orang tuaku tidak pernah mengajarkan padaku tentang wajibnya menutup aurat..
Orang tuaku juga tidak pernah melarangku aga...r tidak berpacaran. Yang terpenting bagi mereka adalah sholat dan ngaji. Krena seperti pendapat orang kebanyakn, pacaran sah-sah saja asalkan masih dalam batasan.

Tapi aku tidak pernah Pacaran, aku juga tidak suka nongkrong atau keluyuran.
Aku lebih suka mneghabiskan waktuku dengan membaca buku dan santai di rumah.
Dan stelah menginjak umur 17 tahun, barulah aku mulai berpacaran,, aku dan Pacarku jarang sekali jalan bareng, kami hanya bertemu di sekolah itu pun hanya ketika bel istirahat tiba, dan kamipun tidak pernah berduaan, cuma ngumpul bareng di kantin sekolah bersama temanku yang lainnya.

Sampai suatu saat, aku mendapat banyak ilmu dari Facebook.. Aku mendapati sebuah tulisan yang menyatkan keharaman hubungan pacaran. Awalnya aku sempat tidak sependapat, Tidak semua Pacaran melakukan dosa loh, buktinya aku tidak pernah berdua-duan dengan cowokku, aku dan dia hanya sering berkomunikasi lewat sms dan telephone,, ku akui dengan kehadirannya hari-hariku jadi berasa semangat , belajar jadi semangat karena aku gak mau prestasiku buruk di depannya. Lalu di mata letak haramnya??? aku merasa tidak di rugikan sama sekali dengan adanya hubungan itu, malah memberiku banyak keuntungan.

Kemudian, aku terus mencari tahu kenapa Pacaran itu di haramkan??? Kenapa??? Walaupun sekedar Pacaran lewat telphone dan smsan???
Aku tidak berani mengakui atau menentang keharaman Pacaran sebelum aku tahu Dalil-dalil yang menjadi dsar keharamannya. Aku tahu semua orang yang sedang menjalin kasih asmara pasti tidak kan terima jika hubungan mereka yang terasa tidak melewati batas di katakan berdosa, bermaksiat, atau bahkan mendekati zina.

Tapi aku tidak, aku terus mencari tahu di iNTERNET tentang Pacaran, Ku baca semua Artikel yang berhubungan tentang Pacaran, Aku beli buku-buka tentang Nikmatnya Pacaran setlah pernikahan, aku juga tidak lupa bertanya pada mereka yang berilmu, juga pada guru ngajikau.aku sempat percaya ada Pacaran Islami, namun semuanya ku kembalikan dan ku renungkan dalam hatiku yang paling dalam.. Aku mencoba meminta fatwa dari hatiku.. dari semua yang ku baca, dari kenyataan di depan mata, dan gejolak yang ku rasa.

Akhirnya.. Aku Setuju.. AkU PERCAYA SEPENUHNYA BAHWA PACARAN itu di LARANG atau DIHARAMKAN, Apalagi ketika aku membaca tentang Syubhat yaitu suatu perkara yang masih samar, eblum jelas keharaman dan kehalalannya, Rasulullah berpesan agar kita menghindari perkara syubhat.

Aku tidak perlu lagi bertanya kenapa??? Aku hanya perlu berdiskusi dengan hatiku.. Ya..
Ku tanya hatiku..
Wahai hati.. Jika kau berpacaran, masihkah kau banyak mengingat Allah atau lebih banyak mengingat kekasihmu???
Wahai hati.. Jika kamu Berpacaran, masihkah Sholatmu tetap khusuk atau bayangan kekasihmu selalu hadir memintamu terus membayangkannya????
Wahai hati.. Jika kamu berpacaran, benarkah ibadahmu, nasihatmu, dan kebaikanmu adalah Lillahita'ala atau justru untuk menarik perhatiannya???
Wahai hati.. Jika kamu berpacaran, akankah kau bisa mencintai Allah di atas segalanya sedangkan si otakmu hanya di penuhi oleh namanya???
Wahai hati.. Tidakkah kau merasa berdosa bercanda mesra dengan lelaki yang belum menghalalkanmu????
Wahai hati... Allah adalah Pemilikmu dan Menjagamu adalah amanah bagiku.
Wahai hati, jika memang engkau mengakui Pacaran hanya akan membawa banyak kerugian untukmu, maka janganlah engaku menuntut cinta sebelum waktunya..
Bersabarlah.. menanti seseorang yang Allah pilihkan.. Seeorang yang Allah halalkan..

Wahai hati.. Ku minta Fatwa dari hatimu ,terimaksih karena membuatku mendengar jeritanmu.. mendengarmu mengakui bahwa PACARAN itu lebih baik aku jauhi.

Duhai insan.. kita selalu berkata tidak melakukan dosa, kita selalu merasa dalam batas-batas sewajarnya.. kita selalu beralasan dengan keimanan, Demi Allah aku ingin bertanya, sberapa tebal iman kalian? seberapa kokoh benteng keimanan kalian??? Malu teman.. malu.. aku yang beriman sangat tipis ini sangat malu membahas tentang benteng keimanan.
Jika kamu mempunyai alasan untuk menolak kebenaran.. Katakan alasanmu itu pada Allah, akankah Allah menerima alasanmu???
Ada lagi yang berkata yang penting niatnya baik, niatnya karena Allah, niat karena Allah atau niat baik itu harus menggunakan cara yang baik kan??? Kalo niatnya ingin meraih Rahmat dan Ridha-Nya, caranya juga kudu pake cara yang di Ridhai-Nya kan???
Sahabatku.. Jangan bicara masalah Pacaran kita berdosa atau tidak, bermaksiat atau tidak, tapi cobalah tanyakan pada hatimu, sudahkah kau sedikit lebih banyak mencintai Allah dr pada kekasihmu??? Dia yang telah memberimu Kebahagiaan, mengabulkan segala Permohonanmu.. Menganugerahkan nikmat sehat pada-Mu, sudahkah kita menunjukkan rasa cinta kita pada-Nya?? Sudahkah kita membuktikan rasa cintakita pada-Nya??? Sudahkah??
Kita ribut mempermasalahkan Pacaran saya tidak berdosa, Pacaran saya masih dalam batas, Pacaran saya Islami, Tapi tidak pernah berfikir apa saja bukti cinta kita pada-Nya.

Mintalah Fatwa dari hatimu.. Namun sebelum meminta fatwa, bersihkan dulu hatimu dari hitamnya kotoran2 yang membuatnya gelap dan tertutup dari Hidayah.
Karena hanya hati yang bersih yang dapat memberimu nasihat kebenaran.

Pacaran atau tidak, itu pilihan anda..

2 komentar:

  1. assalamualaikum wr wb
    makasih artikelnya ukhti....
    smoga hati kita bisa terbuka bisa melihat
    sesungguhnya mana yang benar dan yang salah....(terkhusus untuk diriku)...^_^

    salam ukhuwah....
    wiwit ^^

    BalasHapus
  2. Wa'alaykumussalam warahmatullah wabaraktuh

    ^_^ aammiinn, ya Rabb^^

    Salam ukhuwah kembali ukh^^

    BalasHapus